Salin Artikel

Letusan Freatik Merapi Kemarin Sama dengan Letusan Tahun 1933

Kolom letusan Gunung Merapi mencapai ketinggian 5,5 Km di atas puncak. Letusan freatik itu menyebabkan terjadinya hujan abu di sebagian wilayah DIY antara lain, Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Kulonprogo.

Berdasarkan data yang dimiliki Badan Geologi, letusan Freatik Gunung Merapi pada Jumat kemarin mirip dengan letusan tahun 1933. Pada tahun itu, Gunung Merapi juga meletus freatik.

"Yang kami catat itu tahun 1933, persis sama. Foto (letusan) nya kalau disandingkan dengan kemarin itu mirip, dan sama-sama tidak ada awan panas atau wedus gembel," ujar Sekretaris Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral, Antonius Ratdomopurbo, saat ditemui di BPPTKG Yogyakarta, Sabtu.

Setelah erupsi besar tahun 2010, Gunung Merapi meletus freatik pada tahun 2013. Setelah itu terakhir kali pada tahun 2014.

Baru Jumat kemarin gunung yang berada di sisi utara Yogyakarta itu kembali meletus freatik. Letusan freatik kemarin merupakan yang ke tujuh kalinya usai erupsi besar tahun 2010.

Pada tahun 1933 tercatat, Gunung Merapi juga meletus freatik. Letusan freatik itu terjadi juga terjadi usai erupsi besar gunung itu tahun 1930.

"Tahun 1933 itu terjadi setelah ada letusan besar tahun 1930. Nah, yang kemarin juga terjadi pasca-erupsi Merapi tahun 2010," kata dia.

Letusan freatik cenderung terjadi setelah erupsi besar seperti sesudah erupsi tahun 1930 dan tahun 2010. Hal itu karena dalam erupsi besar, pipa kepundan juga terpengaruh menjadi melebar.

Dengan semakin lebarnya pipa kepundan, air hujan masuk dengan mudah. Volume tampungan air juga menjadi besar.

"Kalau erupsi besar, pipa (kepundan) kan juga terpengaruh menjadi lebar. Air hujan mudah masuk, terakumulasi di bawah, dengan daya tampungnya juga besar," kata dia.

Mantan Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) yang berganti nama menjadi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta itu menjelaskan, letusan jenis freatik terjadi karena adanya pemanasan air yang terjebak di dalam gunung hingga menjadi uap panas.

Akumulasi uap panas yang terus meningkat itu menekan dan menyebabkan letusan.

"Kenapa ada letusan freatik kemarin, karena sudah melewati beberapa musim hujan, airnya masuk, terjebak di dalam gak tahu di mana. Kemudian ada panas dari bawah, akumulasi uap ini menekan dan menyebabkan letusan," ujar dia.

https://regional.kompas.com/read/2018/05/12/18555061/letusan-freatik-merapi-kemarin-sama-dengan-letusan-tahun-1933

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke