Salin Artikel

"Kami Tidak Malu, Itu Anak Kami Pemberian Tuhan..."

Sebagian tertidur dalam tempat tidur kecil di sebuah ruangan khusus. Di ruang lainnya, tampak sepasang suami istri tengah melihat bayinya yang tengah tertidur lelap dalam sebuah inkubator.

Dua bayi kembar itu berkulit putih bersih. Berbeda dengan bayi lainnya, bayi kembar tersebut mengalami conjoined twin omphalogus, yaitu dempet di kedua tubuh bagian bawah.

Bayi kembar siam pasangan Azis (34) dan Dini Pertiwi (34) ini dirawat di RSHS sejak 13 April 2018.

Dari hasil pemeriksaan sementara, bayi kembar siam tersebut memiliki satu alat kelamin laki-laki dan satu anus. 

Kelahiran Bayi

Azis, ayah bayi tersebut, menceritakan proses kelahiran bayi kembar siam itu.

Azis, yang berprofesi sebagai pengirim paket di sebuah perusahaan jasa pengiriman di Kota Bandung, setiap hari bekerja banting tulang. Ia bolak-balik Subang-Bandung setiap hari. 

Namun, pagi itu, Azis mengaku kaget sekaligus senang karena istrinya akan melahirkan anak yang dikandungnya.

"Pas sampai kantor, mertua saya SMS katanya istri saya mau melahirkan," kata Azis. 

Mendengar kabar tersebut, Azis memacu motornya kembali ke Subang. Ia kemudian membawa istrinya ke rumah bidan yang tidak jauh dari rumahnya di Jalan Sukarahayu, Karang Anyar, Subang.

"Pas sampai sana (rumah bidan) saya gak curiga apa-apa. Kami masuk ke ruang bidan pukul 10.00 WIB, lalu menunggu kelahiran sekitar pukul 23.00 WIB," tuturnya.

Waktu terus berputar, Azis masih menunggu istrinya bersalin. Matahari mulai tenggelam, langit pun berubah gelap dan malam semakin larut. 

Kedua anaknya yang ikut ke bidan saat itu mulai menguap. Ia lalu mengantarkan kedua anaknya ke rumah untuk tidur. 

Saat Azis kembali ke rumah bidan tersebut, Azis kaget bukan kepalang. Ia melihat mobil ambulans terparkir di depan rumah bidan.

Ia bergegas masuk dan melihat keluarganya yang tengah bercucuran air mata. 

"Pas balik lagi saya kaget kok ada ambulans di sini. Saya masuk pada nangis, saya kaget bukan liat bayi tapi ke istri saya," katanya.

Saat melahirkan, sambung Azis, istrinya belum mengetahui kondisi bayi yang dilahirkannya karena saat itu kondisinya masih lemah.

Azis pun tidak berani memberitahukan kondisi bayi tersebut kepada istrinya. Ia bingung bagaimana menyampaikannya kepada istrinya. 

"Pas kelahiran, istri saya enggak tahu, pas lahiran itu tekanan darahnya tinggi, takutnya kalau dikasih tahu syok. Kasihan sudah hamil lama, nyeri, mau bohong pasti ketahuan, mau terus terang istri syok. Takut kaget lihat anaknya seperti itu," tuturnya.

Akhirnya dengan bantuan sang mertua, Dini mengetahui kondisi bayinya.

"Saat pertama tahu, istri saya sedih, saya juga lihat dari mukanya stres," imbuhnya.

Hasil USG

Pada saat istrinya mengandung, pasangan suami istri ini tidak mencurigai bahwa bayinya itu adalah kembar siam. Bahkan saat di USG kehamilan, muncul prediksi bahwa bayi yang dikandung berjenis kelamin perempuan. 

Itulah mengapa, ia dan istrinya menyiapkan nama perempuan untuk si bayi.

"Saya sudah siapkan nama perempuan, yakni Aklima Nur Sabiya. Tadinya pengin nama itu kalau perempuan. Tapi tidak tahunya yang lahir bayi jenis kelamin laki-laki kembar siam," katanya.

Saat mengetahui bayi mengalami bayi berat lahir rendah (BBLR), Azis membawa bayinya ke RSUD Subang. Namun, karena respons rumah sakit kurang memuaskan, ia membawa bayi kembar siamnya ke RSHS Bandung.

"RSUD sana (Subang) tidak disambut baik, malah didebat. Di sana administrasi dulu bukan penanganan dulu. Makanya saya inisiatif sama bidan bawa langsung ke RSHS Bandung," tuturnya.

Kini bayi kembar siam yang lahir 12 April 2018 itu dalam perawatan tim dokter RSHS Bandung. Bayi tersebut masih dalam pemberian nutrisi. Kondisinya kini semakin membaik, berat tubuhnya pun terus bertambah. 

"Alhamdulillah kini bayi sudah sehat malah kemarin infus dan alat bantu pernapasan sudah dicabut. Seminggu atau dua minggu lagi mungkin bisa pulang. Ini juga sambil nunggu inkubator dari RSHS selesai," ucapnya.

Begitu pun kondisi Dini, istrinya Azis, kini sudah membaik dan mengetahui serta menerima dengan ikhlas bayi yang dilahirkannya tersebut.

Seperti ibu lainnya, kini Dini sudah dapat memberikan ASI kepada anak ke-3 sekaligus anak ke-4 nya itu.

"Istri saya alhamdulillah sudah baikan. Sebelumnya sempet air susunya kurang, mungkin stres. Tadi istri sudah ngobrol sama psikolog, alhamdulillah membaik. Pihak RSHS juga Jumat nanti bakal ngasih penyuluhan gimana cara rawat bayi kami di rumah," ujarnya.

Azis pun kini sudah memberi nama bayi kembarnya, yakni Muhammad Nur Hidayah dan Nur Syafaat. 

"Nama bayi saya Muhammad Nur Hidayah dan Nur Syafaat. Nama itu dadakan saya berikan karena untuk persyaratan membuat KK (kartu keluarga) di catatan sipil. Dengan nama itu semoga menjadi hidayah dan syafaat bagi kami, mungkin ini ladang ibadah buat kami," katanya.

"Intinya, bagaimanapun kondisinya, kami tidak akan malu, itu anak kami pemberian Tuhan," imbuhnya.

Operasi Ditunda

Tim Dokter RSHS Bandung menunda operasi pemisahan bayi kembar siam hingga usianya menginjak 3-4 bulan. Hal itu untuk melihat dengan jelas organ dalam bayi untuk menuntaskan proses pencitraan.

Nantinya, sambil menunggu tumbuh kembang anak, bayi kembar siam itu akan diperkenankan pulang ke rumahnya untuk rawat jalan.

Selain itu, tim dokter juga mengembalikan keputusan operasi pemisahan kepada orangtua.

Sebab, ada beberapa konsekuensi yang harus dihadapi bayi ketika dilakukan pemisahan mengingat bayi kembar siam ini memiliki satu anus dan satu alat kelamin laki-laki. 

Meski begitu, Azis memercayakan hal tersebut kepada tim dokter. Ia berharap apa yang dilakukan tim dokter merupakan yang terbaik bagi anak-anaknya.

"Penanganan bayi saya percayakan kepada tim dokter dan semoga yang terbaik untuk bayi. Saya percaya penuh pada dokter asalkan terbaik untuk anak saya," pungkasnya.

https://regional.kompas.com/read/2018/05/03/09444921/kami-tidak-malu-itu-anak-kami-pemberian-tuhan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke