Salin Artikel

Setelah 2 Bulan Erupsi Kecil, Gunung Sinabung Kembali Meletus

Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) dan Pos Pengamatan Gunungapi Sinabung melaporkan, terjadi luncuran awan panas sejauh 3.500 meter ke arah ke tenggara dan selatan.

"Terekam di seismik gempa erupsi terjadi mulai pukul 16:07 sampai 18:00 WIB, dan masih berlanjut. Kesimpulannya, tingkat aktivitas Gunung Sinabung masih di level IV atau Awas," kata Kepala Pemantau Gunung Api (PGA) Sinabung, Armen Putra, Jumat (6/4/2018).

Armen kembali mengingatkan agar masyarakat dan pengunjung tidak melakukan aktivitas dalam radius tiga kilometer dari puncak gunung.

"Kepada masyarakat yang bermukim di dekat sungai-sungai yang berhulu dari gunung supaya waspada terhadap potensi bahaya lahar," tambahnya.

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menambahkan, letusan melontarkan abu vulkanik dan material piroklastik dengan tekanan kuat berwarna abu-abu gelap disertai awan panas. 

Hingga kini tidak ada korban jiwa karena di daerah zona berbahaya sudah kosong dari aktivitas masyarakat.

"Masyarakat yang berada di zona merah sudah mengungsi sejak lama dan sebagian sudah direlokasi. Aktivitas vulkanik tetap tinggi dan berpotensi terjadi letusan susulan," kata Sutopo.

Ia menjelaskan, sampai Maret 2018 terdapat 30 lokasi relokasi dengan proses pembangunan rumah bervariasi.

Ada tiga tahap relokasi untuk penanganan pascabencana erupsi Sinabung. Pertama, pemenuhan kebutuhan relokasi untuk 370 kepala keluarga (KK) di Siosar yang berasal dari tiga desa yaitu Desa Bekerah 112 KK, Sukameriah 128 KK, dan Simacem 130 KK.

Di lokasi ini, selain rumah, dibangun pula sarana pendukung, fasilitas umum, dan fasilitas sosial bagi warga.

Tahap kedua, pemenuhan kebutuhan relokasi mandiri untuk 1.655 KK dan 181 KK data tambahan yang berasal dari empat desa yaitu Desa Gurukinayan 778 KK, Kutatonggal 108 KK, Berastepu 611 KK dan Gamber 158 KK. 

Di tahap kedua ini, masyarakat memeroleh bantuan dana rumah dan bantuan lahan usaha tani.

"Metode yang digunakan untuk membangun rumah adalah relokasi mandiri yang tersebar di 22 hamparan," ungkap Sutopo.

Secara teknis, pelaksanaan pembangunan rumah didampingi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Masyarakat dan Permukiman Berbasis Komunitas (Rekompak) dari Kementerian PUPR.

Sampai Maret 2018, sebanyak 1.170 rumah terbangun dan 485 rumah lainnya masih dalam proses pembangunan. 

Tahap ketiga, pembangunan infrastruktur sarana prasarana pendukung di lokasi relokasi mandiri. 

Pembangunan ini telah selesai di tahap kedua dan pembersihan lahan relokasi tahap tiga di Siosar untuk sekitar 1.098 KK yang masih dalam proses verifikasi penetapan by name by address.

Warga yang akan direlokasi berasal dari Desa Sigarang-garang, Desa Sukanalu, Desa Mardinding dan Dusun Lau Kawar. 

Sementara kerusakan dan kerugian akibat erupsi Gunung Sinabung terus berubah-ubah. Sejak September 2013 hingga Mei 2015 diperkirakan kerusakan dan kerugian mencapai Rp 1,80 triliun.

Kerusakan dan kerugian paling besar terjadi di sektor ekonomi produktif, meliputi pertanian, perkebunan, peternakan, perdagangan, pariwisata, perikanan, UKM, dan industri sebesar lebih dari Rp 1,14 triliun.

Berikutnya kerusakan dan kerugian di sektor permukiman sebesar Rp 505,9 miliar, infrastruktur Rp 83,93miliar, sosial Rp 53,43 miliar, dan lintas sektor sebesar Rp 18,26 miliar.

Dari sisi penanggulangan bencana, letusan Sinabung terjadi setelah lama tidak aktif, menunjukkan fenomena serupa dapat juga terjadi di 127 gunung lain di Indonesia.

Apa yang dilakukan di Sinabung menegaskan bahwa setiap upaya penanggulangan bencana adalah unik. Pasalnya setiap daerah memiliki kearifan lokal dan kapasitas yang berbeda. Maka diperlukan penyesuaian dan pendekatan khusus sesuai karakteristik daerah tersebut.

https://regional.kompas.com/read/2018/04/06/23120311/setelah-2-bulan-erupsi-kecil-gunung-sinabung-kembali-meletus

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke