Salin Artikel

Banjir Bandang di Bandung, Rumah Roboh hingga Status Darurat Bencana

Camat Kiaracondong, Tarya mengatakan, ada dua RW yang terdampak banjir bandang di kelurahan Cicaheum, Kecamatan Kiaracondong yakni RW 2 dan RW 3. Akibatnya 12 rumah mengalami rusak berat, 21 rumah mengalami rusak ringan, dan 24 rusak sedang. 

"Jumlah KK ada 229 jumlah sebanyak 888 jiwa, itu yang terdata sementara," kata Tarya di Posko Bencana Kelurahan Cicaheum, Kota Bandung, Rabu (21/3/2018).

Sedang di Kelurahan Jatihandap, Kecamatan Kiaracondong, dari 500 rumah yang terdampak, ada tiga rumah rusak berat karena diterjang banjir. Rumah-rumah yang ambruk itu berada di sempadan Sungai Cipamokolan.

Menurutnya, peristiwa banjir seperti ini, pernah terjadi pada tahun 1982 dan 2014. Pada tahun 2014, pohon tumbang di wilayah Mandalajati tersangkut di jembatan di Sungai Cipamokolan. Akibatnya, aliran sungai terhambat dan merendam pemukiman warga.

"Airnya jadinya melimpah ke rumah warga. Saat itu ada tiga RW yang terendam, RW 1, 2, dan 3," ungkapnya. 

Hanya saja, sambung Tarya, kerugian materil yang diakibatkan banjir kali ini cukup besar. Sebab ada beberapa rumah yang mengalami kerusakan berat dan belasan mobil yang rusak.

Tidak hanya itu, warga juga kehilangan barang berharganya seperti surat-surat berharga dan perhiasan. "Kerugian materilnya cukup banyak juga, hanya belum bisa dihitung, mungkin lebih dari ratusan juta," katanya.

Evakuasi Mobil Bertumpuk

Kerugian materil itu dialami Luthfi (23). Anak pemilik gudang furniture itu tengah membantu evakuasi tumpukan kendaraan roda empat di gudang miliknya. Ia menuturkan, tumpukan kendaraan itu satu persatu sedang dievakuasi dan dikeluarkan dari gudang.

"Evakuasi mobil yang menumpuk ini dilakukan dari tadi pagi jam 10 WIB. Saat ini satu persatu kita bawa keluar, sementara disimpan di pinggir jalan," tuturnya.

Menurutnya, ada 15 kendaraan yang rusak menumpuk di tempat tersebut. "Pas kita hitung, semua ada 15 mobil. 5 mobil pribadi saya, sisanya mobil orang yang ikut parkir di sini," ucapnya. 

Ia mengungkapkan, air banjir yang masuk ke gudang miliknya, tak hanya merusak belasan kendaraan tapi juga merusak tempat workshop miliknya.

Tembok belakang rumah tersebut jebol dan masih berselimutkan lumpur basah. Tak hanya itu, ranting pohon dan serakan sampah yang dibawa luapan air dari Sungai Cipamokolan, ikut menghiasi.

"Kerugian diperkirakan sekitar Rp 300 juta, sudah termasuk kendaraan hingga kerusakan gudang serta workhop furniture milik saya," imbuhnya.

Bersihkan Lumpur

Pasca banjir bandang, sejak pagi hingga sore, warga RT 2 RW 4 Kelurahan Jatihandap, Kecamatan Mandalajati masih sibuk membersihkan rumah mereka dengan alat seadanya.

Mereka bergotong royong membersihkan endapan lumpur di sekitar jalan hingga gang rumah mereka. 

Terpantau di lokasi banjir, sampah berupa dahan pohon hingga serakan sampah plastik berceceran di sekitar jalan hingga gang rumah warga. Warga pun bahu-membahu mengeruk dan mengangkat sampah-sampah tersebut agar akses jalan kembali normal.

Ketua RW 04 Kelurahan Jatihandap, Kecamatan Mandalajati, Bandung, Gugun gunawan (47) mengaku, banjir saat ini terbilang sangat parah. Pasalnya endapan lumpur tebal yang terbawa banjir sangat merepotkan warga. 

"Sekarang itu lebih parah dibanding tahun 1982. Sekarang lumpur dan berbagai macam kayu serta serakan sampah sangat banyak," jelas Gugun.

Meluapnya Sungai Cipamokolan berdampak pada dua RW, yakni RW 03 dan RW 04. Beberapa rumah di sekitar bantaran sungai jebol. Beberapa titik kirmir pun ikut jebol dan rusak. 

"Ada tiga rumah, tembok belakang dan yang di dalam rumah ikut jebol, semua harta terbawa arus sungai," kata Gugun di sela kesibukannya membersihkan lumpur di sekitar rumahnya. 

Tepat di belakang rumah Gugun, ada sebuah kontrakan miliknya. Posisinya berada tepat di pinggiran Sungai Cipamokolan.

Saat Kompas.com diajak melihat kondisi daerah di sekitar sungai itu, Kompas.com harus melewati sebuah gang kecil yang masih terhampar lumpur. Keluar dari mulut gang langsung menghadap Sungai Cipamokolan, tampak sebuah kirmir atau TPT (tembok penahan tanah) rubuh tergerus air. 

Kirmir yang tergerus itu berada tepat di belokan Sungai Cipamokolan yang mulai menyempit.

Menurut warga, sungai tersebut memiliki lebar 8-6 meter, yang semakin menyempit hingga 3 meter. Tak hanya itu, sebuah rumah kontrakan yang dihuni 4 kepala keluarga pun terancam, pasalnya air menggerus kirmir dan menyisakan jalan hanya sekitar 60 cm. 

Sandi pribadi (36) warga yang mengontrak rumah tepat di depan kirmir yang roboh tersebut menuturkan, sore itu dirinya baru saja pulang kerja. Ia dikagetkan dengan volume aliran Sungai Cipamokolan yang semakin naik dan tinggi hingga merendam rumahnya.

"Awalnya alirannya kecil, tapi tiba-tiba drastis langsung naik. Kirmir ini pun rubuh sekitar pukul 17.30 WIB," jelasnya. 

Beruntung, kedua anak Sandi yang masih kecil dibawa tetangganya ke tempat yang lebih aman dari kontrakannya sebelum kejadian. "Anak saya ada di rumah saat itu. Istri sedang keluar. Pas air naik, tetangga langsung bawa anak saya keluar ke tempat aman," kata Sandi.

Akibat banjir tersebut, dua sepeda milik anaknya terbawa arus sungai. Sedang buku sekolah, baju, kasur, lemari, dan beberapa barang di dalam rumah ikut terendam dan basah. 

Sandi mengaku bingung mencari tempat tinggal bagi anak dan istrinya.

"Ini juga saya bingung tidur dimana, kalau saya masih bisa tidur di masjid tapi anak dan istri saya ga tau harus kemana. Karena rumah saudara saya yang di sekitar daerah sini juga sama terendam banjir," ungkapnya.

Tepat berada di sebarang kontrakannya, atau di sisi lain bagian Sungai Cipamokolan, sebuah tembok rumah terlihat rubuh. Tembok tersebut jatuh ke sungai, tampak sampah-sampah menyangkut dan kini sedang dibersihkan warga di sekitar lokasi. 

Salah satu penghuni rumah yang temboknya roboh, Ahmad muhamaram (21) bercerita, sore itu dirinya tengah berada di rumah dan melihat air Sungai Cipamokolan meluap dan masuk melalui jendela rumahnya.

"Awalnya aliran kecil, namun tiba-tiba besar dan masuk jendela rumah, di situ saya panik langsung lari keluar karena takut," jelasnya. 

Rumahnya yang berada tepat di bantaran sungai tersebut tergerus dan menyebabkan tembok itu roboh. Tak hanya itu, robohnya tembok lantaran ada tekanan air dari luar yang masuk ke dalam rumahnya. 

"Pas tembok roboh, air yang masuk dari luar juga membawa beberapa barang di dalam, seperti lemari es, TV, hingga dua lemari hanyut terbawa sungai," jelasnya.

Menurutnya, sekitar 1,5 meter air yang meluap merendam wilayah tersebut. Beruntung hanya ada Ahmad di rumah yang dihuni 10 orang itu. Ahmad berharap ada pemerintah terkait musibah yang keluarganya tersebut. 

"Mungkin pemerintah bisa bantu kesini. Soalnya ini kan bencana juga," imbuhnya.

Sementara itu, sebagian warga diungsikan ke posko sementara di masjid sekitar. Bahkan beberapa truk yang membawa air bersih pun membantu menyediakan air bagi warga. 

Menanggapi kondisi banjir yang terjadi di wilayah Cicaheum Kota Bandung, Pejabat Sementara (PJs) Wali Kota Bandung Muhamad Solihin menetapkan status tanggap darurat bencana untuk Kota Bandung.

"Ya kita tetapkan tanggap darurat, untuk Kota Bandung, iya kita siapkan tanggap darurat," kata Solihin di Posko Bencana Kelurahan Cicaheum seusai meninjau lokasi banjir.

Menurutnya, kejadian banjir bandang di Kelurahan Jatihandap, Kecamatan Mandalajati dan Kelurahan Cicaheum Kecamatan Kiaracondong ini tergolong kejadian luar biasa. 

Pihaknya mengaku, peristiwa ini di luar prediksi. Pasalnya, meski hujan besar tidak begitu lama, namun aliran sungai begitu deras disertai lumpur.

"Yang kami perkirakan ini lumpur di daerah utara penanganan kondisi seperti ini tidak bisa dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Bandung tapi daerah otonom lainnya ini kondisi harus diselesaikan bersama," tuturnya.

Dengan adanya peristiwa ini, pihaknya akan mengusulkan perbaikan kebijakan-kebijakan penanganan di Kawasan Bandung Utara (KBU) dalam Musrenbang Provinsi Jawa Barat

"Sehingga kita dapat memperoleh manfaat sebaik mungkin, jangan sampai kejadian yang kami alami hari ini terjadi di kemudian hari," kata Solihin. 

"Kita akan bahas sama-sama karena kepentingan bukan untuk Bandung saja," imbuhnya.

Antisipasi Pembangunan KBU 

Menurutnya, meski perizinan pembangunan di pemerintah Bandung Barat dan Pemerintah Provinsi sudah sangat ketat, namun pembangunan di Bandung Utara ini tetap harus diantisipasi. 

"Jatihandap relatif karena perumahan memang sudah cukup padat, dan yang harus diantisipasi yakni pembangunan di Bandung Utara. Tapi kadang-kadang tentang pembukaan lahan pertanian sulit dicegah. Termasuk ini penanganan Citarum harum, bukan hanya membersihkan sungai Citarum tapi di hulu harus ditanami pohon pohon yang kuat," ujarnya.

Sebagai langkah antisipasi, ke depan pihaknya akan mengerahkan seluruh jajaran perangkat daerah untuk mengantisipasi hal serupa apabila terjadi hujan besar di kemudian hari.

"Ini menjadi peringatan bagi kita semua menyelesaikan persoalan tidak parsial tapi harus terintegrasi dengan baik," kata Solihin.

Mengenai bantuan, Solihin mengaku telah menyalurkan sembako, obat-obatan, air bersih, dan peralatan keseharian lainnya yang didistribusikan secara langsung kepada warga.

"Dinas Ketahanan Pangan ada beras. Diskar, Dinas Sosial berbagai bantuan sudah disampaikan. Dari masyarakat juga sudah banyak memberikan bantuan, dan semua satu pintu melalui posko agar terkoordinasi dengan baik," tuturnya.

Untuk anak-anak sekolah juga akan diberikan bantuan seragam dan alat-alat sekolah dari Dinas Pendidikan.

Berikut pendampingan untuk memulihkan trauma anak dari Dinas Sosial. Sedang bangunan yang rusak, pemkot Bandung akan memberikan bantuan dalam program rumah tidak layak huni (Rutilahu). 

https://regional.kompas.com/read/2018/03/22/08142811/banjir-bandang-di-bandung-rumah-roboh-hingga-status-darurat-bencana

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke