Salin Artikel

Di Balik Kasus Dosen Penyebar Hoaks, Anggota Muslim Cyber Army yang Tertutup

Mereka disebut sebagai pimpinan dari grup penyebar hoaks, The Muslim Cyber Army (MCA), yang sudah ditetapkan sebagai tersangka. Mereka memiliki peran sebagai admin dari grup MCA. Sebutan untuk kelompok para admin ini, Sniper MCA.

Satu-satunya perempuan dari keenam orang itu adalah Tara Arsih Wijayani (40) atau TAW.

Dir Reskrimum Polda Jabar Kombes Umar Surya Fana mengatakan, Tara pada awalnya ditangkap karena menyebarkan berita tentang dibunuhnya seorang muazin Majalengka oleh orang yang berpura-pura gila.

Berita hoaks tersebut disebarkannya melalui media sosial Facebook dengan nama akun Tara Dev Sams. Unggahan status ini diketahui anggota Polres Majalengka pada Sabtu (17/2/2018) sekitar pukul 12.00 WIB.

Dari hasil penyelidikan, polisi tak menemukan adanya korban muazin dan pelaku dengan gangguan jiwa. Tara dinilai telah menyebabkan keresahan di tengah masyarakat.

"Atas kejadian tersebut, masyarakat di Kabupaten Majalengka menjadi resah dan takut sehingga menimbulkan kegaduhan dan rasa kebencian seseorang atau salah satu pihak," ujar Umar melalui pesan singkat, Selasa (27/2/2018).

5 tahun bersama MCA

Selang sehari kemudian, Umar mengatakan, Tara diketahui merupakan bagian dari kelompok Muslim Cyber Army.

Tugasnya adalah menduplikasi unggahan status berisi informasi hoaks hingga ratusan ribu kali dengan sistem mirror link.

"Tersangka TAW ini menyebarkan 150.000 postingan di Facebook tentang muazin dibunuh di Majalengka. Postingan itu juga diterima oleh masyarakat di Jakarta, Bandung, Yogyakarta dan Majalengka," tuturnya.

(Baca selengkapnya: Dosen Penyebar Hoaks Sudah 5 Tahun Jadi Anggota The Family MCA)

Kepada polisi, Tara mengaku baru bergabung dengan kelompok MCA. Namun, ketika polisi memeriksa gadget yang dimilikinya, Tara diketahui sudah bergabung dengan Muslim Cyber Army selama sekitar 5 tahun.

Dosen bahasa Inggris

Tara mengaku sehari-hari berprofesi sebagai dosen di Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta.

Pihak UII tidak menampiknya. Namun, Tara disebut bukanlah dosen tetap.

Direktur Humas Universitas Islam Indonesia (UII) Karina Utami Dewi mengatakan, Tara diperbantukan untuk mengajar mata kuliah Bahasa Inggris sejak tahun 2005. Sempat vakum, lalu aktif lagi pada tahun 2014.

"Memang diperbantukan untuk mengajar mata kuliah Bahasa Inggris. Aktivitasnya, selesai jam mengajar langsung pulang karena statusnya dosen tidak tetap," ujarnya, Rabu.

(Baca selengkapnya: Wanita Penyebar Hoaks Disebut Bukan Dosen Tetap di UII)

Pada semester ini, lanjut Karina, Tara masih memiliki jam mengajar. Namun, setelah terjerat kasus dan ditangkap pihak berwajib, Tara tidak akan diperbantukan lagi.

Karina juga menegaskan bahwa perbuatan Tara tidak berkaitan dengan institusi UII.

"Yang ingin kami sampaikan bahwa perbuatan atau sikap individu tidak kaitannya dengan UII sebagai institusi. Kami serahkan ke pihak yang berwenang untuk proses hukumnya," tuturnya.

Pribadi tertutup

Sementara itu, di kalangan warga tempat tinggal Tara di Dusun Krajan, Tirtomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta, dia dikenal sebagai pribadi yang tertutup.

Surono (50), tetangganya, mengaku belum mendengar informasi tentang penangkapan TAW hingga kemarin, Rabu. Namun menurut Surono, Tara juga belum pulang ke rumah sejak pekan lalu.

Tara, lanjut dia, dikenal jarang bergaul dengan masyarakat. Namun Surono tahu bahwa Tara sudah bercerai dengan suaminya dan memiliki empat orang anak.

"Tertutup orangnya, jarang sekali berkumpul dengan warga. Dulu ada warga yang meninggal juga tidak melayat," ujarnya.  

(Baca selengkapnya: Dosen Wanita Penyebar Hoaks Dikenal sebagai Pribadi Tertutup)

Dia mengaku tahu bahwa Tara bekerja mengajar bahasa Inggris, tetapi tidak tahu persis tempatnya mengajar.
"Pagi-pagi itu sudah berangkat kerja, sedangkan pulang ya kadang sore atau malam. Kerjanya itu, kalau tidak salah ngajar bahasa Inggris, tapi saya tidak tahu di mana," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dukuh Krajan Arifin Nur Hamzah mengatakan, Tara tinggal di Dusun Krajan, Desa Tirtomartani, Kalasan, Sleman, bersama anaknya.

"Aslinya Jakarta, di sini tinggal bersama anaknya. Dulu masih sesakali berkumpul dengan warga, sebelum bercerai. Mungkin karena sibuk, Bu Tara jarang kumpul dengan warga," tuturnya.

https://regional.kompas.com/read/2018/03/01/09280801/di-balik-kasus-dosen-penyebar-hoaks-anggota-muslim-cyber-army-yang-tertutup

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke