Salin Artikel

Daerah Kekeringan di Gunungkidul Kini Miliki Pompa Air Bertenaga Surya

Pembangunan ini merupakan lanjutan, setelah 10 tahun lebih tower yang dibangun tidak bisa dimanfaatkan karena tidak adanya teknologi.

"Alhamdulilah hari ini walaupun tidak ada aliran listrik dari PLN, Sistem Pengolahan Air Minum (SPAM) Sistem Pompa Air Tenaga Surya (SPATS) bisa beroperasi," ujar Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir, di Panggang, Kamis (1/2/2018).

"Ini jalan keluar untuk masyarakat, sudah 10 tahun lebih ada tower tapi tidak bisa dimanfaatkan. Bapak Gubernur DIY 1,5 tahun lalu menyampaikan masalah ini. Akhirnya saat ini dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dapat menyelesaikan ini," tambahnya.

Nantinya, prototipe sistem ini diharapkan membantu memenuhi kebutuhan air di Kabupaten Gunungkidul. Terutama untuk warga Desa Temuireng yang selama ini memanfaatkan air hujan dan membeli air di musim kemarau dengan kisaran harga Rp 150.000 per 5 meter kubik.

Tampungan air ini, sambung dia, untuk memenuhi kebutuhan air 269 keluarga di Desa Temuireng.

Ia mengungkapkan, pemompaan air sekitar 70 meter kubik/hari menggunakan 6,4 kWp sistem pembangkit tenaga surya yang dirangkaikan secara langsung (direct coupling) dengan pompa submersible.

Hal ini untuk menjangkau bak penampung (reservoir) yang berjarak 741 meter dengan ketinggian sekitar 80 meter dari lokasi pemasangan prototipe.

"Dengan diresmikannya prototipe sistem ini, diharapkan dapat menjadi model sistem pengolahan air higienis dengan memanfaatkan tenaga energi terbarukan yang ramah lingkungan, untuk dapat diterapkan di lokasi lainnya," ujar Natsir.

Selain itu, Menristekdikti akan meminta Kementerian Desa membuat BUMDes, sehingga pengelolaan SPAM SPATS bisa dilakukan dengan baik.

“Melalui pengelolaan BUMDes nantinya akan lebih mandiri. Tidak bergantung kepada pemerintah. Life time peralatan ini diperkirakan mencapai 20 tahun,” ujarnya.

Peneliti BPPT Pusat Asnatio Lasman menambahkan, peralatan SPAM SPATS murni memanfaatkan tenaga sinar matahari dan mampu menyuplai kebutuhan air bersih warga.

Alat ini tanpa tempat penyimpanan energi listrik. Artinya, semakin banyak sinar cahaya matahari maka kekuatan listrik memompa air semakin tinggi.

Sumber yang dipergunakan berasal dari PDAM Gunungkidul yakni Ngobaran dan Baron. “Peralatan dimanfaatkan untuk memompa air ke tempat penampungan yang lebih tinggi, selanjutnya dialirkan ke masyarakat di Dusun Temuireng,” imbuhnya.

Bupati Gunungkidul, Badingah mengatakan, Gunungkidul sebenarnya memiliki sumber air yang melimpah, namun memang kekurangan teknologi.

Dengan dukungan dari pemerintah pusat, kebutuhan air masyarakat akan bisa dicukupi dengan baik. "Harapannya seluruh masyarakat di Gunungkidul yang selama ini berada di wilayah kekeringan, ke depan akan dapat memperoleh layanan dengan lebih baik," ucapnya.

https://regional.kompas.com/read/2018/02/01/21435081/daerah-kekeringan-di-gunungkidul-kini-miliki-pompa-air-bertenaga-surya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke