Salin Artikel

Gas Rawa Melimpah Ruah, Sudah 2 Bulan Warga Tak Lagi Beli Gas Melon

Warga tidak lagi harus bersusah payah berburu hingga mengeluarkan biaya untuk mendapatkan fasilitas tabung gas elpiji atau liquid petroleum gas ukuran 3 kilogram subsidi dari pemerintah itu. 

Desa Rajek yang dihuni sekitar 750 kepala keluarga ini bisa ditempuh sekitar 1 jam perjalanan dari Kota Purwodadi, Grobogan. Infrastruktur akses jalan desa cukup memadai dengan betonisasi.

Desa ini dikelilingi lahan persawahan yang subur. Mayoritas penduduk berprofesi sebagai buruh tani serta buruh bangunan. 

Seperti masyarakat umumnya, selama ini kompor gas dan tabung gas melon sudah menjadi fasilitas kebutuhan primer warga setempat. Rata-rata setiap keluarga di Desa Rajek memiliki sarana itu. Namun, kini mereka tak membutuhkan gas melon lagi.

Semua berawal dari sumur bor untuk mencukupi kebutuhan akan air bersih. Sebenarnya, warga desa sudah lama ingin merealisasikan sendiri sumur bor tanpa bantuan dari pemerintah. Hanya saja, upaya mencari sumber air itu urung untuk diwujudkan lantaran selalu saja titik lokasi tanah yang digali muncul semburan air yang dahsyat. 

Fenomena alam inilah yang kemudian membuat warga mengurungkan niat untuk membuat sumur. Warga ketakutan dengan dampak buruk yang akan terjadi jika nekat membuat sumur. Kini, mereka mengandalkan sumur bor yang diwujudkan melalui program pemerintah, yakni Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas).

"Sejak zaman leluhur, berkali-kali saat ingin buat sumur pasti keluar semburan air yang deras. Kami khawatir dan tak lagi-lagi membuat sumur. Hingga akhirnya ada Program Pamsimas yang membantu kami," kata Ketua Kelompok Masyarakat Desa Rajek, Moh Sukur, Selasa (14/11/2017).

Gas rawa

Isyarat alam di Desa Rajek membuat gatal telinga pemerintah sehingga ditindaklanjuti. Pada 2013, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Tengah menerjunkan tim ahli geologi untuk menggelar riset di Desa Rajek.

Di luar perkiraan, hasil penelitian mencatat bahwa ternyata kandungan gas alam melimpah ruah terpendam di tanah Desa Rajek. Secara ilmiah, ahli geologi yang diterjunkan menyebutkan bahwa gas alam di Desa Rajek itu sebagai gas rawa, yaitu gas alam yang bersemayam di kedalaman yang dangkal. 

Di Desa Rajek, gas yang terbentuk dari fosil hewan dan tumbuhan itu ditemukan di kedalaman sekitar 30-40 meter.

"Luar biasa kandungan gas rawa di Desa Rajek. Gas rawa di Desa Rajek berada di kedalaman 30-40 meter. Lokasinya di titik-titik tertentu. Jenisnya biogenik gas dan di kedalaman dangkal. Usia lebih muda dan bersih dibanding gas alam yang terpendam di kedalaman ratusan hingga ribuan meter. Kandungan metana (CH4) lebih banyak. Secara geologi, kami yakin jika dibor di kedalaman yang lebih dalam lagi, akan lebih banyak lagi kandungan gas alam yang tersimpan di Desa Rajek," ungkap Ketua Ahli Geologi yang meneliti di Desa Rajek, Handoko Teguh Wibowo.

Lulusan S-2 Marine Geology and Geophysic, Oregon State University, Amerika, itu menyampaikan, pada tahun 2017, melalui bantuan anggaran dari Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, pihaknya diminta fokus memanfaatkan gas alam tersebut untuk memberdayakan masyarakat.

Sampai akhirnya, Handoko yang merupakan Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia Jatim ini mencetuskan ide untuk mengalirkan gas rawa itu ke setiap rumah warga sebagai pengganti tabung gas melon. Lalu diciptakanlah teknologi tepat guna untuk pemanfaatan gas alam. 

Dari tiga titik lokasi pengeboran, air yang mengandung gas rawa itu dialirkan melalui pipa atau pipanisasi menuju separator. Separator adalah tabung bertekanan dan bertemperatur tertentu yang berfungsi untuk memisahkan air dan gas.

"Air kami buang dan gas kami alirkan melalui pipa ke kompor warga. Di selang pada kompor kami beri stop kran dan regulator untuk mengatur kestabilan gas. Kami jamin peralatan mini yang kami buat ini aman dan nyaman. Ini percontohan pertama di Indonesia yang mengalirkan gas rawa ke kompor warga. Gas rawa sama fungsinya dengan gas alam lain. Gas ini digunakan untuk bahan bakar industri, kendaraan bermotor, kebutuhan memasak rumah tangga, hotel, restoran dan sebagainya," tutur Handoko yang juga dosen di Jurusan Teknik Geologi dan Pertambangan Institut Teknologi Adhitama Surabaya (ITATS).

"Gas rawa di Desa Rajek bisa saja dialirkan ke seluruh rumah warga maupun digunakan untuk kepentingan pemberdayaan masyarakat yang lain. Gas rawa Desa Rajek jika terus dipakai diprediksi bisa sampai seratus tahun baru habis," tutur pria yang juga menjadi Ketua Pokja Penanganan Lumpur Sidoarjo atau Lapindo ini.

Dua bulan tanpa gas melon

Kepala Desa Rajek Moh Dhori menuturkan, sebagai praktik uji coba atau percontohan, gas rawa diminta dialirkan ke 21 keluarga kurang mampu di desanya. Alhasil, lebih dari dua bulan ini warga merasakan dampak positifnya.

"Efisien dan luar biasa saya bilang. Seperti memakai tabung gas melon. Kompor menyala api biru dan tiada henti. Hebat. Dua bulan ini uji coba berhasil. Rencana ke depan akan kami diskusikan dengan seluruh warga. Kemungkinan besar akan dialirkan ke seluruh warga," tutur Dhori.

Indah Pujiyati (45), warga Desa Rajek, mengaku senang karena rumahnya menjadi sasaran untuk teraliri gas rawa. Setidaknya, kini dia tak lagi dipusingkan untuk menyisihkan uang guna membeli tabung gas melon. Indah bisa lebih berhemat dan menggunakan sisa uang untuk kebutuhan lain.

"Suami saya buruh tani. Penghasilan pas-pasan. Dalam sebulan saja kami butuh tiga tabung gas melon untuk memasak. Alhamdulilah penyaluran gas rawa ini sangat bermanfaat bagi kami. Uang bisa saya sisihkan untuk keperluan sekolah anak saya. Semoga saja ini terus berlanjut," pungkas ibu tiga anak ini.

https://regional.kompas.com/read/2017/11/15/08433531/gas-rawa-melimpah-ruah-sudah-2-bulan-warga-tak-lagi-beli-gas-melon

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke