Salin Artikel

Lampu Berbahan Limbah dari Yogyakarta Ini Tembus Pasar Asia dan Eropa

Bahkan untuk pemasarannya, lampu tersebut sudah menembus luar negeri, mulai dari Malaysia, Singapura, Belanda, hingga Yunani.

Pada tahun 1960-an hingga 1980-an rumah milik bangsawan memiliki lampu tak biasa di ruang tamu rumah Joglo atau limasan. Lampu berdesain unik tersebut terpasang dengan cara diikat menggantung.

Hingga kini model lampu tersebut masih terpasang di sejumlah rumah arsitektur Joglo, hingga rumah model klasik lainnya. Lampu inilah yang menginspirasi Muhamad Nurul Huda, warga Dusun Garotan, Desa Bendung, Kecamatan Semin berkreasi.

Siapa yang menyangka, lampu hias antik tersebut dibuat dari bahan alumunium bekas yang sudah tidak terpakai.

"Saya generasi kedua. Awalnya dari ayah saya bernama haji Rusmani. Ayah saya mulai memproduksi tahun 1998," katanya kepada wartawan di rumahnya, Senin (30/10/2017).

Awalnya, sambung dia, sang ayah bekerja sebagai buruh di sebuah pabrik pengecoran alumunium. Lalu dengan modal kreativitas, ia membuat berbagai kerajinan. Mulai dari lampu taman hingga meja dan kursi.

"Mulai tahun 2008 mulai mengembangkan hingga membuat lampu untuk rumah limasan dan joglo," tuturnya.

Cara pembuatannya, pertama-tama membuat pencetakan motif alumunium yang hendak diinginkan. Pengerjaannya terbilang tradisional karena hanya menggunakan pasir sebagai tempat pencetakan motif.

Usai tempat cetakan disiapkan, para pekerja harus mencairkan alumunium bekas dengan cara dibakar disuhu 600 derajat celsius selama 1,5 jam hingga alumunium berubah menjadi cair.

Cairan alumunium bekas yang sudah tidak terpakai tersebut lantas dimasukkan ke dalam tempat pencetakan motif yang sudah disiapkan sebelumnya.

Usai motif yang disiapkan jadi, tinggal langkah finishing. Mulai dari penghalusan, pewarnaan, hingga perakitan lampu hias semuanya diselesaikan menggunakan tangan untuk menjaga kualitas.

Huda mengatakan, lampu tersebut sudah dipasarkan di hampir sebagian kota besar di Indonesia, mulai dari Jakarta, Bandung, Bali, Mataram, hingga Sulawesi. Untuk mengenalkan produknya, ia kerap mengikuti pameran dan memasarkannya di media sosial.

Di luar negeri, mereka bisa memasarkan produknya sampai ke Eropa seperti Yunani dan Belanda. Untuk pasar Asia, produknya bisa menembus Malaysia, Brunei Darussalam, hingga Singapura.

"Untuk pembuatan kita sesuai pesanan, tetapi rata-rata 50 sampai 100-an unit perbulannya," ucapnya.

Harga yang ditawarkan pun beragam, dari Rp 450.000 hingga Rp 18 juta per pcs tergantung besar dan tingkat kerumitan pembuatannya.

Huda mengatakan, untuk membuat lampu kerajinan alumunium ia dibantu 9 pegawai tetap. Ia akan menambah 4 pegawai ketika pesanan meningkat.

Salah seorang pekerja bidang Peleburan Alumunium, Ali Mahmudi mengaku, selama ini sering kewalahan menghadapi pesanan yang ada, meski sudah bekerja selama belasan tahun di pabrik tersebut.

https://regional.kompas.com/read/2017/10/30/20013131/lampu-berbahan-limbah-dari-yogyakarta-ini-tembus-pasar-asia-dan-eropa

Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke