Salin Artikel

Bayi Gajah Mati Terperosok di Lubang Bekas Tunggul Kayu

Kebetulan, dusun ini berada di perbatasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), kawasan lindung yang menjadi habitat gajah Sumatera.

Laporan Kepala Dusun Sumberwaras kepada petugas Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Utara (BBKSDA Sumut) pada malam hari menyebutkan, kawanan gajah liar itu merusak lima rumah warga, merobohkan sembilan pohon kelapa, delapan pohon sawit dan satu pohon nangka.

Mereka terdiri dari sekitar 12 ekor, terdiri dari dua ekor gajah jantan besar, beberapa induk dan anak gajah.

"Tim menginformasikan seekor bayi gajah berumur setahunan tewas terperosok ke lubang bekas tunggul kayu. Kondisinya tidak memungkinkan untuk dievakuasi karena kawanannya masih berada di sekitar bangkai, radius 200 meter. Tim membatalkan proses pemakaman," kata Kabag Tata Usaha BBKSDA Sumut Tri Atmojo, Kamis (26/10/2017).

Tri menceritakan, hingga Minggu (22/10/2017) petang, kawanan gajah masih bertahan dan membuat suara gaduh karena terganggu dengan kedatangan tim BBKSD Sumut yang ingin mengidentifikasi bangkai gajah dan hendak memindahkan bangkai ke lubang yang baru.

"Posisi bangkai terperosok setengah badannya, semua kakinya di dalam tanah, hanya bagian punggung dan kepala saja yang tersisa. Setelah kawanan gajah pergi, tim menguburnya," ungkapnya.

Dia mengatakan, lokasi kejadian adalah kawasan dengan tutupan hutan yang kondisinya masih baik.

Kawanan gajah melintasi daerah ini setiap tiga bulan sekali dan masyarakat sudah terbiasa dengan kehadiran gajah sehingga tidak pernah terjadi konflik antara satwa dan manusia. Dusun Sumberwaras, menurutnya, berpenghuni 20 kepala keluarga.

"Jarak antara dusun dengan TNGL lebih kurang 1 kilometer. Hasil pengecekan tim, tidak ada ditemukan tanda-tanda mencurigakan seperti racun, perangkap, atau hal membahayakan lainnya," ucapnya.

Keadaan sekitar bangkai ditemukan bersih dari rumput dan semak belukar. Tanah di sekitar lubang terlihat padat akibat aktivitas dari kawanan gajah menolong satwa malang ini.

"Baru kali ini gajah mengamuk, rupanya mereka mau memberitahu kalau ada kawanannya yang sedang dalam kesulitan," pungkas Tri.

Kasus matinya hewan yang dilindungi karena keberadaannya di ambang punah ini di 2017 dimulai pada 18 April lalu.

Seekor gajah betina berusia sekitar 15 tahun ditemukan tewas di areal perkebunan sawit PT Perkebunan Inti Sawit Subur (PISS) di Dusun Pancasila, Desa Mekarmakmur, Kecamatan Seilepan, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.

Saat ditemukan, seekor anak gajah terlihat menunggui induknya itu. Lokasi penemuan berjarak sekitar 1 kilometer dari kawasan TNGL.

Hasil otopsi, BBKSDA Sumut menyatakan, ditemukan luka di lambung dan usus gajah seperti terkena racun. Saat ditemukan, bangkai berada di anak sungai, kuat dugaan gajah tersebut terkena racun dan berusaha meminum air sungai untuk menetralisir racun di tubuhnya.

Kemudian, juga seekor gajah betina ditemukan mati di Desa Namusialang, Kecamatan Batangserangan, Kabupaten Langkat. Gajah bernama Eva berumur 60 tahun tewas akibat infeksi kronis dan usia lanjut pada Juli 2017.

Sebelumnya, gajah ini sudah menunjukkan tanda-tanda sakit dengan gejala lemah dan tidak nafsu makan. Meski sudah mendapat perawatan intensif selama hampir tiga bulan, bahkan sampai uji laboratorium, nyawanya tidak tertolong lagi.

https://regional.kompas.com/read/2017/10/26/18583231/bayi-gajah-mati-terperosok-di-lubang-bekas-tunggul-kayu

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke