Salin Artikel

Inovatif...Jawa Tengah Olah Sampah Jadi Listrik

SEMARANG, KOMPAS.com- Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menjalin kerjasama dengan Pemerintah Denmark dalam Program Environmental Support Programme Phase 3 (ESP3) di bidang lingkungan hidup.

Salah satu kegiatan yang didanai dari hibah Pemerintah Denmark yakni mengubah sampah dan limbah menjadi sumber energi listrik.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan, tiga daerah yang disasar dalam kerjasama ini ialah Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jatibarang Kota Semarang, pengolahan limbah di Klaten, dan TPA di Cilacap.

Rencananya, Pemerintah Jawa Tengah akan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Gas Metana dengan kapasitas maksimal 1,3 megawatt di TPA Jatibarang. Dengan luas lahan 90.000 meter persegi, TPA Jatibarang setiap hari mampu menampung sampah rata-rata 850 ton.

Baca: Di Desa Ini Selokan Sampah Disulap Jadi Berair Jernih dan Penuh Ikan

Proyek tersebut menelan anggaran sebesar Rp 71 miliar, dengan rincian Rp 44 miliar yang merupakan anggaran hibah dari Pemerintah Denmark guna membiayai instalasi listrik, Rp 18 miliar untuk pembangunan zona buang oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), dan Rp 9 miliar oleh Pemerintah Kota Semarang untuk menyediakan lahan dan tanah urug.

Proyek yang ditargetkan beroperasi pada Oktober 2018 itu bakal menghasilkan listrik lebih dari 10.000 megawatt jam per tahun. Manfaat lainnya yaitu menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) lebih dari 6.000 ton CO2 per tahun.

Teknologi itu juga mampu mencegah terjadinya pencemaran lingkungan dari sampah dan air lindi. Adapun, air lindi merupakan cairan yang sangat berbahaya karena selain kandungan organiknya tinggi, juga dapat mengandung unsur logam

Penerapan di Klaten

Ganjar menilai teknologi itu sangat tepat diterapkan di Klaten karena sampah tidak dimanfaatkan masyarakat. Berbeda dengan dahulu, sekarang Pemerintah Kabupaten Klaten mengolah sampah menjadi sesuatu yang bermanfaat.

"Ketika program ini sukses, Kami akan tularkan ke yang lain," ujar Ganjar usai kegiatan seremonial groundbreaking ESP 3 di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Jawa Tengah, Semarang, Senin (23/10/2017).

Daerah lain yang menjadi sasaran kerjasama serupa yakni Kabupaten Klaten. Rencananya, di daerah ini akan dibangun Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dengan fasilitas biogas.

Teknologi tersebut dibangun melihat besarnya hasil limbah produksi pangan dan olahan di Klaten. Saat ini, terdapat 162 industri kecil menengah (IKM) di Klaten mengekstrasi sari pati dari serat batang aren dan menghasilkan limbah cair sekitar 185 meter kubik per hari. Ada juga limbah padat yang dibuang ke sungai tanpa diolah sebanyak 18 ton per hari.  

Penerapan teknologi pengolahan sampah di Klaten akan menghasilkan gas metana 3.111 megawatt jam per tahun, yang disalurkan ke 2.200 rumah tangga. Pengelolaan dilakukan oleh  Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) untuk membiayai operasional dan pemeliharaan teknologi tersebut.

Proyek senilai Rp 18 miliar itu ditargetkan beroperasi pada Oktober 2018. Untuk mewujudkan proyek ini, Pemkab Klaten menyediakan lahan. Sementara, Pemerintah Denmark membiayai konstruksi IPAL dan penyambungan gas ke rumah tangga sebesar Rp 14 miliar.

Sampah di Cilacap

Proyek lainnya, kata Ganjar, yakni pengolahan sampah atau refuse derived fuel (RDF) TPA Tritih Lor, Cilacap.

Berbeda dengan proyek di Semarang dan Klaten, kontruksi pembangunan proyek ini dimulai sejak Juli 2017. Hingga  pertengahan Oktober 2017, pembangunan proyek telah mencapai 42 persen.

Ganjar mengatakan, pengolahan sampah dengan teknologi akan menghasilkan bahan bakar kering yang dapat menggantikan batu bara yang biasa digunakan di kalangan industri.

Ia mengakui proyek itu memiliki tantangan  yang cukup besar karena ini merupakan proyek pertama di Indonesia yang secara metodologi pengolahan sampah. Tak cuma itu, model bisnis dan kerjasamanya masih perlu dikaji berbagai pihak, khususnya aspek legal, teknis, dan sosial.

Baca: Cilacap Bangun Tempat Pengolahan Sampah Terpadu Pertama di Indonesia

Penerapan teknologi tersebut bakal menurunkan sampah yang dipasok ke TPA lebih dari 44.000 ton per tahun. Terlebih, energi yang dihasilkan mencapai lebih dari 200.000 gigajoules (GJ) per tahun, mengganti batu bara lebih dari 10.000 ton per tahun.

Nilai proyek itu mencapai Rp 82 miliar yang dibiayai dari Pemerintah Denmark sebesar Rp 44 miliar, Kementerian PUPR 25 miliar, Pemerintah Jawa Tengah Rp 10 miliar, dan Pemerintah Kabupaten Cilacap sebesar Rp 3 miliar.  

Teknologi tersebut juga mampu mengurangi emisi GRK lebih dari 19.000 ton CO2 per tahun. Rencananya, proyek tersebut dapat berjalan pada Oktober 2018.

Ganjar mengatakan, Pemerintah Denmark hanya membantu teknis dan pendaaan. Sementara pengelolaan akan dilakukan oleh Badan Usaha Milik Desa (Bumdes).

"Maka yang menerima manfaat adalah masyarakat dan kita. Mereka (Pemerintah Denmark) cuma technical support dan financial support," ujarnya.

Duta Besar Denmark untuk Indonesia Rasmus Abildgaar Kristensen mengatakan, Jawa Tengah memiliki potensi yang besar untuk penerapan teknologi pengolahan sampah.

Respon cepat Gubernur Ganjar melihat peluang juga menjadi salah satu faktor terwujudnya kerjasama dengan Denmark.

Jika proyek tersebut berjalan dengan baik, imbuhnya, teknologi serupa berpotensi dibangun di wilayah lain di Indonesia.

Selain kerjasama government to government (G to G), bukan tidak mungkin investasi atau kerjasama business to business akan ditawarkan oleh perusahaan asal Denmark.

"Penting sekali menjalin kerjasama dari bisnis ke bisnis antara pihak swasta seperti model kerjasama kita. Ini penting sekali mempunyai usaha  yang nantinya jadi contoh kerjasama ekonomi di masa akan datang," ujar Rasmus.

https://regional.kompas.com/read/2017/10/23/19201551/inovatifjawa-tengah-olah-sampah-jadi-listrik

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke