Salin Artikel

Warga Sekitar Gunung Agung Diminta Belajar dari Tewasnya Mbah Marijan

Ketika itu, Mbah Marijan meninggal karena tidak mengindahkan imbauan untuk segera meninggalkan kediamannya saat erupsi Gunung Merapi.

"Masyarakat Bali mari berkaca dari kasus Mbah Marijan saat Gunung Merapi meletus waktu pemerintah mengimbau dia untuk turun, tetapi tidak diindahkan karena belum mendapat wangsit," kata Indra di Denpasar, Senin (28/9/2017).

Imbauan ini juga tidak lepas dari banyaknya warga sekitar lereng Gunung Agung yang meninggal pada erupsi tahun 1963. Ketika itu, warga di sejumlah desa meyakini awan panas yang turun dari lereng Gunung Agung adalah Ida Batara yang menjaga Gunung Agung.

Bukannya menghindari awan panas, warga justru menyambut dengan tetabuhan gamelan.

"Pemahaman seperti itu sekarang dikesampingkan dulu. Bukan tidak percaya hal-hal spiritual, tapi tak boleh kesampingkan kajian dan pengukuran ilmiah modern," kata Indra.

Menurutnya, Gunung Agung secara kasat mata bersandar pada ilmu pengetahuan. Sedangkan hal-hal di luar itu seperti wangsit atau mimpi sulit digambarkan dan dibuktikan kebenarannya.

"Kami mengimbau agar warga mendengarkan arahan pemerintah," kata Indra.

Untuk diketahui Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi menaikkan status status Gunung Agung yang terletak di Kabupaten Karangasem, Bali dari level normal ke Level II (Waspada) mulai Kamis (14/9/2017).

Status ini diberlakukan berdasarkan adanya peningkatan aktivitas vulkanik gunung Agung.

https://regional.kompas.com/read/2017/09/19/08282991/warga-sekitar-gunung-agung-diminta-belajar-dari-tewasnya-mbah-marijan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke