Salin Artikel

Cerita Relawan Pupuk Nasionalisme di Desa yang Hanya Terima Siaran TV dari Malaysia

Kawasan yang terletak di wilayah perbatasan tersebut sangat sulit dijangkau karena masih minim infrastruktur jalan.

Untuk menuju ke kampung, para nelayan pancing tersebut harus menerabas jalan setapak yang melintasi beberapa perbukitan. Jangan harap bisa segera sampai jika hujan mengguyur daerah tersebut.

Menuju kampung Sungai Batang juga bisa melalui jalur pantai selain jalan setapak. Namun lagi-lagi jalur tersebut tak akan bisa dilalui saat air laut sedang pasang.

Terisolasinya Desa Batang membuat fasilitas listrik, air, pendidikan dan tempat ibadah menjadi barang langka. Tidak adanya fasilitas pendidikan membuat anak-anak di desa tersebut menempuh pendidikan di luar desa yang jaraknya cukup jauh.

Sulitnya medan jalan, apalagi saat musim hujan, membuat anak anak Desa Batang sering terlambat atau terpaksa bolos sekolah.

Untuk memenuhi kebutuhan listrik, warga Desa Batang kebanyakan menggunakan mesin genset yang dibeli dari Tawau, Malaysia. Kebutuhan BBM serta kebutuhan hidup pokok sehari-hari warga lebih mudah didatangan dari Tawau, Malaysia.

Pun siaran televisi dan radio yang dijadikan hiburan dan untuk mendapatkan informasi, warga desa lebih mudah mendapatnya dari Malaysia.

Tidak heran, pemahaman informasi dari negara Malaysia lebih banyak mereka dapatkan daripada dari dalam negeri.

Siaran televisi dan radio juga masih menjadi barang mewah karena ketersediaan listrik yang hanya didapat dari mesin genset yang dimiliki segelintir warga.

"Otomatis warga sudah biasa dapat siaran tv dan radio dari Malaysia. Itupun hidupnya hanya beberapa jam di malam hari," ujar Wahyudi, warga Desa Sebatik Induk yang juga ketua Forum Bela Negara Kaltara, Minggu (26/2017).

Marlina, salah satu kader Forum Bela Negara yang lahir di Desa Batang namun pindah ke Desa Sebatik Timur menceritakan, Desa Batang tidak memiliki fasilitas sekolah dan tempat ibadah. Padahal jumlah penduduknya mencapai lebih dari 50 kepala keluarga.

Berangkat dari keprihatinan tersebut, pada akhir Juli lalu, sejumlah kader Forum Bela Negara yang berada di Sebatik terketuk hatinya untuk membantu penyediaan pendidikan dengan membangun sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

“Tanggal 22 Juli 2017 saya bersama anggota FBN dan beberapa pemuda Sebatik datang ke wilayah tersebut membawa peralatan seadanya,” imbuh Wahyudi.

Rencana membangun sekolah PAUD bagi anak-anak Desa Batang disambut positif warga. Salah satu bangunan gubuk kosong milik warga desa yang ditinggal pemiliknya bekerja di Malaysia kemudian direnovasi menjadi sekolah PAUD atas seizin ketua RT.

Jauh dan sulitnya jalan menuju Desa Batang membuat tim relawan memilih membuat tenda dan berkemah di desa tersebut selama pembangunan PAUD. Para relawan juga membawa sendiri bahan bangunan dari luar desa.

Renovasi tidak memakan waktu lama karena tim relawan tinggal menambal sulam kerusakan gubuk tersebut.

"Anggarannya dari urunan anggota forum," kata Wahyudi.

Setelah sekolah PAUD tersedia, permasalahan belum selesai. Ketersediaan pengajar di PAUD menjadi permasalahan berikutnya. Forum Bela Negara akhirnya kembali memberikan mandat kepada dua relawannya, Marlina dan Nurhasanah untuk mengajar dan tinggal sementara di gubuk yang sudah direnovasi tersebut.

“Sejak dibuka PAUD langung mendapat siswa 20 orang,” kata Wahyudi.

Melihat kecenderungan warga Desa Batang yang lebih mudah mengakses informasi serta kebutuhan pokok kepada Negara Malaysia, tim relawan akhirnya memberi nama PAUD tersebut bela negara.

Beberapa materi pelajaranyang diajarkan adalah pengenalan terhadap Pancasila, nama tokoh negara Indonesia serta kota-kota besar yang ada di Indonesia. Materi pelajaran tersebut diberikan untuk memupuk nasionalisme anak bangsa di wilayah yang masih terisolasi.

“Materi yang ringan seperti nama presiden, Pancasila dan nama ibu kota negara. Ini untuk menstimulus kebangsaan sejak dini,” pungkas Wahyudi.

https://regional.kompas.com/read/2017/08/28/06081041/cerita-relawan-pupuk-nasionalisme-di-desa-yang-hanya-terima-siaran-tv-dari

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke