Salin Artikel

Di Bawah Pohon Waru, Brigpol Kresna Ola Ajari Warga Membaca dan Menulis

Sekitar 30 orang yang terdiri dari pria dan wanita berusia 25 hingga 67 tahun, adalah warga eks Timor Timur (Timtim), yang sudah mendiami wilayah itu sejak tahun 1999 silam. Mereka semuanya belum bisa membaca maupun menulis alias buta huruf.

Berbekal sebuah papan tulis sederhana, yang ditopang dengan empat buah papan penyangga, Anggota Bhabinkamtibmas Desa Kenebibi itu mulai memasang sebuah poster berukuran kecil berupa huruf dan angka, serta tulisan tangannya sendiri mulai dari huruf A sampai Z.

Dengan tenang dan sabar, Brigpol kelahiran Desa Kolimasang, Kecamatan Adonara, Kabupaten Flores Timur, NTT, 6 Juni 1985, itu mulai mengajari mereka cara membaca dan menulis yang baik dan benar.

Tidak ada ruangan khusus bagi warga dan Brigpol Kresna untuk melakukan proses belajar mengajar. Mereka hanya bernaung di bawah rerimbunan dua pohon waru yang tumbuh di depan rumah seorang warga.

Untuk sarana prasarana pendukung pun tidak ada seperti kursi dan meja. Terpaksa, warga secara sukarela datang membawa kursi dari rumah mereka masing masing tanpa meja.

Keinginan kuat warga untuk bisa membaca dan menulis membuat mereka meninggalkan rumahnya untuk belajar bersama Brigpol Kresna.

Sebanyak 30 warga ini memegang satu pensil dan satu buku tulis beserta penghapus, dengan seksama mendengar penjelasan dari Brigpol Kresna.

Meski belajar ditemani oleh suami, istri dan anak-anak, puluhan warga ini tak malu, apalagi sungkan untuk menulis dan membaca, meski terkadang salah mengucap serta menulis.

Mungkin karena sudah mulai paham tentang huruf dan angka, warga yang duduk dengan tenang, secara acak dipanggil oleh Brigpol Kresna untuk maju dan menjawab pertanyaan sang polisi.

Semua pertanyaan sederhana dari Brigpol Kresna dijawab dengan benar. Rutinitas ini sudah berlangsung sejak sejak Oktober 2016 sehingga saat ini sebagian besar warga sudah bisa membaca dan menulis.

Proses belajar mengajar berlangsung maksimal dua jam mulai pukul 9.00 Wita hingga pukul 11.00 Wita dan digelar selama dua kali dalam sepekan.

Saat ditemui di lokasi tempat mengajar, Sabtu (22/7/2017), Brigpol Kresna mengaku menemukan sebagian warga desa itu tidak bisa membaca dan menulis sejak ditugaskan sebagai Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas) Desa Kenebibi. Oleh karena itu, dia berinisiatif untuk mengajar secara sukarela tanpa dibayar.

“Memang di sini (Desa Kenebibi) tingkat kerawanan tinggi sekali dan juga sumber daya manusia pun terbatas, makanya saya membentuk komunitas buta aksara ini. Awalnya dari Satuan Binmas Polres Belu dan Polsek Kakuluk Mesak yang menurunkan program ini sehingga saya jalankan sejak Oktober 2016 hingga hari ini dan akhirnya kegiatan ini pun berhasil,” kata Kresna.

Selama mengajar pun, dia mengikuti keinginan warga. Bila musim tanam, maka dia tidak akan mengajar karena warga akan fokus bekerja di kebun. Setelah panen, baru dilanjutkan kegiatan itu.

“Dampak yang dirasakan masyarakat yang mengikuti kegiatan ini yakni sekarang dan warga di kampung ini tidak lagi buta huruf. Selain itu tingkat kerawanan kejahatan sudah hampir tidak ada lagi dan pola pikir masyarakat juga sudah berubah,” kata suami dari Beatrix Arensdorff Lapia dan ayah dari Maria Suryaningsy Uba Ola dan Renata Afriningtya Ina Perada itu.

Kresna pun tidak pernah merasa rugi telah membuang-buang waktunya untuk membantu warga. Bagi dia, semua warga adalah saudara yang harus dibantu agar bisa bebas dari buta huruf.

Kresna berharap, ke depannya dia bisa terus beraktivitas seperti itu dan juga warga di kampung lainnya yang masih buta huruf bisa ikut bergabung di dalam kelompok belajarnya itu.

Dengan demikian, semua warga di wilayah kecamatan yang masih buta huruf bisa membaca dan menulis.

Sementara itu, salah seorang warga, Laurindo Do Santos, mengaku, semua warga sangat terbantu dengan kehadiran Brigpol Kresna di wilayah mereka.

Selain terbebas dari buta huruf, warga juga diajak untuk mengikuti arisan bersama dengan tujuan untuk memperkuat hubungan baik antara warga dan polisi.

“Kami berterima kasih kepada pak Kresna karena atas bantuannya kami sudah bisa membaca dan menulis. Kami juga berterima kasih kepada Pak Kapolres Belu (AKBP Yandri Irsan) yang telah memberikan bantuan buku dan bantuan lainnya. Pak Kresna juga sudah berbuat banyak di kampung kami ini,” kata Santos.

Dia pun berharap, pemerintah daerah bisa membantu warga setempat berupa terpal dan meja, sehingga saat hujan mereka bisa terlindungi.

Selain itu, Santos meminta kepada Kapolri untuk memberikan bantuan kepada warga sekaligus memberikan penghargaan kepada Brigpol Kresna dan pimpinannya di Polres Belu yang sudah membantu warga eks Timtim.

Terkait dengan itu Kapolres Belu AKBP Yandri Irsan mengatakan, sebagai pimpinan kepolisian di wilayah itu, dia selalu memberikan apresiasi kepada semua anggota yang membantu masyarakat dengan caranya sendiri.

“Tidak hanya menjaga kamtibmas di wilayah binaannya, Brigpol Kris dengan ilmu pengetahuan yang dimiliki, mampu membuat warga yang dulunya buta aksara, kini bisa baca dan tulis sendiri," kata Yandri.

"Ini adalah sesuatu yang layak diapresiasi, dengan tugas yang padat, dia rela menyisihkan waktu untuk membantu sesama dan itu dilakukan secara cuma-cuma alias gratis,” sambung Yandri.

Selain dalam bentuk piagam, lanjut Yandri, Brigpol Kris Ola juga menerima bantuan buku dan alat tulis dari dirinya sebagai Kapolres Belu. Yandri berharap, yang telah dilakukan oleh Brigpol Kris bisa menjadi motivasi buat anggota polisi lainnya agar bisa membantu masyarakat dengan caranya masing-masing sehingga polisi semakin dicintai oleh masyarakat.

Kapolsek Kakuluk Mesak Iptu I Ketut Setiasa mengatakan, pendekatan seperti ini yang dilakukan oleh sejumlah Bhabinkamtibmas di daerah Kecamatan Kakuluk Mesak telah menurunkan angka kriminalitas di wilayah tersebut.

“Dulu di daerah sini rawan sekali kejahatan dan banyak anak muda yang sering mabuk-mabukan dan memalak. Tapi sejak Bhabinkamtibmas kita melakukan pendekatan dan membantu masyarakat, akhirnya sekarang tidak ada lagi kriminal di daerah ini,” kata Setiasa.

Pihaknya, lanjut dia, telah membentuk komunitas buta aksara di Desa Kenebibi ini untuk memberantas buta huruf. Ia berharap, semua warga di Kecamatan Kakuluk Mesak ke depannya sudah tidak ada lagi yang buta huruf melalui program tersebut.

https://regional.kompas.com/read/2017/07/23/09000011/di-bawah-pohon-waru-brigpol-kresna-ola-ajari-warga-membaca-dan-menulis-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke