Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebulan Penuh, Asyiknya Menikmati Udara Bersih Bromo

Kompas.com - 23/02/2020, 22:26 WIB
Ahmad Faisol,
Khairina

Tim Redaksi


PROBOLINGGO, KOMPAS.com - Sejumlah wisatawan Bromo di Kabupaten Probolinggo mengaku mendapatkan suasana baru dan pengalaman berbeda saat ke Bromo pada Minggu (23/2/2020).

Rudi Haq, wisatawan asal Kabupaten Lumajang yang berekreasi ke Bromo bersama istri dan anaknya mengaku takjub saat ke Bromo melalui jalur Kabupaten Probolinggo.

Pasalnya, lautan pasir yang mengelilingi Bromo bebas asap knalpot. Udara sejuk yang biasanya kotor, kali ini bersih dan segar dihirup.

"Akhir tahun lalu kami ke sini pakai masker. Sekarang enggak perlu pakai. Biasanya banyak asap kendaraan dan abu beterbangan akibat dilindasi kendaraan. Sungguh luar biasa segar udaranya," katanya saat berbincang dengan KOMPAS.com.

Baca juga: Khofifah: Sudah Ada Calon Investor untuk Pembangunan Kereta Gantung di Bromo

Karena tidak ada kendaraan yang masuk ke lautan pasir, Rudi dan keluarga berjalan kaki dari pos menuju kaldera.

Sepulang dari lautan pasir, dia memilih naik kuda bersama keluarganya.

Dandi Gafur, wisatawan asal Kabupaten Jember mengatakan mendapatkan sesuatu yang istimewa saat menikmati pemandangan Bromo di atas hamparan lautan pasir kali ini.

Menurutnya, ketenangan sangat terasa dan suara pasir berbisik semakin jelas terdengar. Udara sejuk yang menerpa tubuhnya berbeda dari biasanya.

"Saya tinggal di kota di wilayah Jember. Kerap dihantam polusi udara dan suara. Saya ke Bromo ingin menikmati pemandangan, dan pemandangan Bromo kali ini istimewa karena oksigennya bersih dan natural. Liburan ke Bromo kali ini mengesankan," ujar Dandi.

Adapun Febri, wisatawan lokal juga mengaku terperangah pemandangan alam Bromo.

Dia membawa ketiga anaknya berlarian di lautan pasir dengan aman dan nyaman karena nihil kendaraan.

"Biasanya kalau ke sini kami mandi abu dan pasir yang berterbangan. Belum lagi asap kendaraan yang bikin pernafasan kurang nyaman. Ini baru pertama saya rasakan," ujar Febri yang seorang ASN ini.

Karena ketiga anaknya gemar main aplikasi tiktok, Febri pun tidak melewatkan kesempatan membuat rekaman tiktok dengan latar Gunung Bromo yang sejuk dan segar udaranya.

Baca juga: Khofifah Akan Integrasikan Bromo Tengger Semeru dengan Destinasi Wisata Lain

Dalam pengamatan KOMPAS.com pada Minggu (23/2/2020), lautan pasir Bromo terlihat bersih dan jernih. Udaranya sangat terang dan pemandangan gunung-gunung di sekitar kaldera sangat jelas.

Lipatan pasir yang sebelumnya jarang dijumpai kini jelas dan tebal. Anak-anak yang ikut liburan bersama orang tuanya bebas berlarian di kaldera.

Tak ada satupun kendaraan yang melintas saat itu. Puluhan kuda yang melayani wisatawan terlihat berlalu lalang.

Diketahui, masyarakat Tengger penghuni sekitar Gunung Bromo tengah merayakan bulan suci Wulan Kepitu.

Selama pelaksanaan Wulan Kepitu, Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru  melaksanakan car free month (CFM) atau bulan bebas kendaraan.

CFM diterapkan untuk kawasan Kaldera Tengger Gunung Bromo pada 24 Januari hingga 24 Februari 2020


Bebas kendaraan, Bromo lebih asyik


Bupati Probolinggo P. Tantriana Sari mengatakan, mengunjungi Bromo yang pas adalah pada saat CFM.

Pasalnya saat CFM udaranya segar dan bersih. Tak ada polusi udara karena kendaraan dilarang masuk ke lautan pasir.

"Pada momen CFM, oksigen dan pengalamannya mengesankan. Bromo pun jadi lebih asyik. CFM adalah momen yang ditunggu masyarakat," katanya kepada KOMPAS.com saat mengunjungi CFM Bromo Minggu (23/2/2020).

Menurutnya, selama CFM sekitar sebulan terakhir, dirinya dan wisatawan merasakan pengalaman berbeda di lautan pasir tanpa asap kendaraan.

"Saya ingin menularkan experience ini kepada wisatawan yang lain. Kita semua bisa merasakan perbedaannya, udaranya sangat bersih dan secara kasat mata, indra kita semua terasa. Luar biasa suasana Bromo selama CFM. Suasana hening, udara sejuk dan sehat, liburannya sangat terasa beda," jelas Tantri.

Baca juga: Car Free Month di Gunung Bromo, Hanya Boleh Jalan Kaki atau Berkuda

CFM Bromo ini menjadi trigger bagi wisatawan. Apalagi bagi wisatawan yang baru ke Bromo, sensasi Bromo dengan udara bebas polusi memberi kesan sendiri.

Tantri menambahkan, CFM adalah best moment.

Oleh karena itu, pihaknya mendukung CFM diadakan lagi tahun depan. Apalagi, CFM juga untuk menghormati budaya dan adat Suku Tengger.

"Jika kemudian merujuk pada budaya atau adat setempat seperti pada saat Wulan Kapitu, mari kita dukung bersama-sama untuk diadakan CFM. Wisatawan Bromo juga butuh suasana tenang, butuh intake oksigen yang berkualitas," jelas Tantri.

Tantri mengakui, CFM memang tidak membuat jumlah wisatawan Bromo langsung banyak. Tetapi, kewajiban bersama untuk menjaga Bromo dan memberikan pengalaman berbeda melalui CFM.

Dalam kegiatan CFM pada Minggu, ratusan wisatawan dihibur dengan penampilan tari. Masyarakat juga menciptakan video tiktok.

Suasana Bromo yang tenang dan bebas polusi, membuat wisatawan mengku lebih nyaman dan betah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com