YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Para petani di Wonokerto, Turi, dan Sleman mengeluhkan anjloknya harga salak menjadi Rp 2.000 hingga Rp 3.000 per kilogram. Anjloknya harga salak dirasakan petani sejak dua bulan terakhir.
Salah satu petani salak Desa Wonokerto, Sunarjo (51) mengatakan, penurunan harga salak terjadi sejak Mei 2017. "Penurunan harga salak kali ini paling terendah. Tahun sebelumnya memang ada penurunan, tetapi tidak serendah saat ini," tuturnya, Selasa (11/07/2017).
Menurutnya, pada dua bulan terakhir, harga salak rata-rata Rp 2.000 sampai Rp 3.000 per kilogram. Bahkan untuk salak berukuran kecil harganya Rp 200 sampai Rp 500 perkilogram. "Kalau dua tahun lalu harga per kilogram itu Rp 7.000 sampai Rp 12.000," tegasnya.
Penurunan harga salak, sambung dia, menyebabkan kerugian bagi petani. Sebab harga tersebut tidak bisa menutupi biaya perawatan.
(Baca juga: Protes Pajak, Petani Tebu Rencanakan Unjuk Rasa di Istana Presiden)
"Untuk biaya perawatan saja tidak cukup. Banyak petani yang lalu membiarkan salak sampai membusuk tidak dipanen, ya karena dijual juga murah," tandasnya.
Sunarjo menjelaskan, turunnya harga salak disebabkan permainan harga dari pedagang. Selain itu adanya produk salak di luar Sleman.
"Rantainya panjang, RT ada pedagang, desa juga ada, setelah itu pedagang yang menjual keluar kota. Lalu banyaknya produk salak di luar Sleman, karena sekitar 20 tahun lalu petani menjual bibit sampai keluar daerah, sekarang sudah tidak," urainya.
Kades Wonokerto, Tomon Haryowirosobo menambahkan, sebelum puasa sampai Lebaran 2017, harga salak terendah mencapai Rp 1.500 perkilogram. "Hari ini harga terendah Rp 2.000 di pasar Turi, Sleman. Salak yang bagus harganya Rp 3.000 perkilogram," tuturnya.
(Baca juga: Turunnya Kesejahteraan, Ketimpangan Lahan, dan Klaim Kepuasan Petani)
Ia berharap, Pemerintah Kabupaten Sleman memperhatikan keresahan para petani salak. Ia menaruh harapan agar pemkab membantu mencari solusi agar harga salak kembali normal sehingga petani sejahtera.
"Harapan kami, rantai perdagangan bisa dipotong dan adanya regulasi standar harga terendahnya serta proteksi untuk petani. Sehingga petani salak tetap bisa untung," pungkasnya.