Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masjid Tertua di Papua, dan Masuknya Islam pada 1200

Kompas.com - 22/06/2017, 05:59 WIB
Dimas Wahyu

Penulis

KOMPAS.com - Papua atau yang dulu disebut Irian Jaya punya catatan sejarah Islam dalam wujud sebuah masjid berusia ratusan tahun di Desa Patinburak, Kecamatan Kokas, Kabupaten Fakfak, Provinsi Papua Barat.

Masjid oktagonal ini berukuran 100 meter persegi dengan wujud unik, terutama di bagian ventilasi yang berdesain bundar-bundar.

Bentuk tersebut memadukan unsur Eropa dan Nusantara, bahkan ada yang menakar bahwa kubahnya mirip dengan gereja-gereja di Eropa pada masa lampau.

Unsur-unsur yang berpadu tersebut bukan tidak mungkin muncul karena masjid yang kerap hanya bernama Masjid Tua Patinburak ini sudah berusia 147 tahun atau pada 1870 ketika Belanda memegang pemerintahan.

Namun, mengenai siapa yang membangunnya, berbagai sumber menyebutkan nama yang berbeda-beda.

Ada yang menyebut nama seorang imam bernama Abuhari Kilian di balik pembangunanya, seperti dituliskan di bimasislam.kemenag.go.id dalam artikel "Masjid Tua Patimburak, Masjid Bersejarah di Pulau Papua" .

Sumber lain yang berasal dari Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan mengatakan bahwa masjid dibangun pada masa Simempes, Raja Petuar keenam yang dilantik oleh  Sultan Tidore Muhammad Taher Atking.

Pembangunan itu lantas dilanjutkan oleh Raja Wertuar Ke-7 yang bernama Waraburi pada tahun 1886.

Bukan yang pertama

Masjid Tua Patimburak atau Patinburak sendiri menurut Bimasislam dinamai Masjid Al-Yasin. Di tengah-tengah bangunan masjid terdapat empat tiang penyangga yang menyerupai struktur bangunan di pulau Jawa. Interior masjid ini pun hampir sama dengan masjid-masjid yang didirikan oleh para wali di Jawa.

Musa Heremba, imam Masjid Patimburak, mengatakan bahwa bangunan masjid ini telah beberapa kali direnovasi.

Bagian asli yang tersisa adalah empat buah pilar penyangga yang terdapat di dalam masjid, yang pada masa penjajahan pernah diterjang bom tentara Jepang.

Baca: Meniti Jejak Islam di Kokas

Maka dari itu, pada 1942, masjid diperbaiki dengan penggantian atap rumbia dengan seng gelombang. Lalu, pada 1963 dilakukan penggantian dinding papan kayu menjadi dinding tembok rabik atau anyaman bambu yang diplester dengan semen, sedangkan lantai tanah diganti menjadi lantai dari semen.

Terpaut dengan masjid yang sama atau tidak, ada cerita unik mengenai pengeboman oleh tentara Jepang terhadap masjid tersebut.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com