Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Taman Baca, Cara Kartono Bangun Mimpi Anak-anak di Eks Lokalisasi

Kompas.com - 19/05/2017, 07:49 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis

SURABAYA, KOMPAS.com - Kartono (54) sibuk menghitung jumlah kertas untuk lomba mewarnai dalam rangka memperingati Hari Buku Sedunia pada Senin (8/5/2017).

Dia kemudian memberikan tumpukan kertas tersebut kepada Ujang, salah satu relawan di Taman Bacaan Kawan Kami yang di dirikan Kartono sejak tahun 2007.

"Semua anak-anak dikasih jangan sampai ada yang nggak dapat ya. Saya masih ngurusi pembagian makanan sehat sebentar untuk anak-anak di gang sebelah," ungkap Kartono kepada Ujang.

Lomba mewarnai yang diikuti anak-anak usia PAUD dan TK tersebut di gelar di gang kecil kawasan Putat Jaya II A Surabaya. Kawasan tersebut adalah bekas lokalisasi Jarak Dolly yang sudah ditutup oleh Pemkot Surabaya.

Anak-anak terlihat semangat mewarnai dengan crayon dan pensil warna, sedangkan mereka yang berusia SMP dan SMA terlihat memainkan alat musik serta menyanyikan lagu untuk menghibur para peserta lomba. Suasana terlihat akrab karena beberapa ibu rumah tangga ikut datang menemani anaknya yang berlomba.

(Baca juga: Demi Anak-anak Desa, Ibu Ini Modifikasi Motor Roda 3 Jadi Perpustakaan Keliling)

Ujang, mahasiswa ITS yang juga menjadi salah satu relawan di Taman Baca  Kawan Kami kepada Kompas.com bercerita, dia bergabung di Taman Baca Kawan Kami sejak tahun 2014.

Minimal, seminggu sekali dia bersama dengan rekan-rekannya berkunjung ke kawasan Putat Jaya dan melatih anak-anak  bermain teater.

"Saat saya gabung disini pas rame-ramenya penutupan lokalisasi. Ceritanya panjang hingga saya bisa sampai sini. Tapi yang penting adalah ada kegiatan positif untuk anak-anak. Bahkan kami sering main teater di beberapa kampus. Adik-adik mainnya juga bagus," kata Ujang bangga.

Sementara itu Kartono, pendiri Taman Baca Kawan Kami, kepada Kompas.com berkisah keputusannya mendirikan taman baca di tengah-tengah kawasan lokalisasi bukan sebuah keputusan yang mudah.

Pada tahun 2007, dengan modal seadanya, dia dan keenam rekannya menyewa kamar di salah satu wisma dengan biaya Rp 150.000 per bulan. Kamar tersebut dijadikan taman baca untuk anak-anak sekitar lokalisasi.

"Saya masih ingat waktu itu bulan Februari tahun 2007 dengn modal 100 komik dan beberapa buku bekas kami membuka taman baca. Teman-teman saya kemudian ada yang kerja, menikah dan akhirnya sekarang saya kelola sendiri," katanya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com