BOGOR, KOMPAS.com - Kepala Pusat Konservasi Tumbuhan (PKT) Kebun Raya Bogor Didik Widyatmoko mengatakan, memasuki usia 2 abad Kebun Raya Bogor, pihaknya justru mendapat tantangan lebih besar.
Didik menjelaskan, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi harus diterapkan, sehingga dapat bermanfaat bagi masyarakat sekitar.
Seperti pemanfaatan teknologi biologi molekuler untuk menjaga tumbuhan yang telah dieksplorasi tim peneliti Kebun Raya Bogor-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) selama ini.
"Sekarang tantangannya lebih besar. Tantangannya bagaimana memanfaatkan secara lestari tanpa harus merusak habitat tumbuhan. Ya, dengan penerapan teknologi," ucap Didik, Kamis (18/5/2017).
Didik menambahkan, peran Kebun Raya Bogor saat ini lebih luas. Kebun Raya Bogor menjadi induk bagi pengembangan kebun raya di daerah lain. Perannya pun menjadi signifikan dalam memperbaiki kualitas lingkungan di Indonesia.
Bahkan, keberadaan Kebun Raya Bogor dari waktu ke waktu penting bagi benteng terakhir penyelamatan flora di negeri ini. "Kini, dengan usia yang sudah matang, Kebun Raya Bogor pun akan terus berkomitmen menjadi benteng konservasi di Indonesia," ucapnya.
Sementara itu, Kepala LIPI Iskandar Zulkarnain mengungkapkan, Kebun Raya Bogor setidaknya memiliki lima fungsi utama yang memberi manfaat bagi kehidupan masyarakat.
(Baca juga: Seberapa Besar Nilai Ekonomi Kebun Raya Bogor?)
Bila menilik sejarah, kiprah Kebun Raya Bogor sejak 1817 telah terlihat dalam berbagai bidang penelitian untuk penyelamatan flora di Indonesia.
"Ini tampak dari banyaknya penemuan jenis tumbuhan baru, pengembangan kultur jaringan, koleksi anggrek, dan kantong semar, mekarnya rafflesia patma, dan masih banyak capaian penting lainnya," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.