Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seorang Ibu Gendong Anaknya yang Lumpuh ke Sekolah Setiap Hari

Kompas.com - 07/05/2017, 10:42 WIB

TRENGGALEK - Seorang siswa kelas IV di SD Negeri 1 Senden, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, terpaksa digendong ibunya pergi dan pulang sekolah karena dia menderita lumpuh akibat kerusakan saraf dan otot kakinya melemah (guillain-barre syndrome/GBS).

Menurut penuturan guru kelas maupun orang tua siswa bernama Dio Eka Saputra (12) itu, dia mulai mengalami disabilitas akut beberapa  tahun terakhir.

"Sejak kelas IV sebenarnya sudah tampak ada gejala kelainan, namun belum separah setahun terakhir," kata Kepala SDN 1 Senden, Sumardjadi, kepada Kantor Berita Antara, Sabtu (6/5/2017).

Sumardjadi sudah mendapat penjelasan dari dokter yang menangani Dio. Dia juga mendapat masukkan agar memberi perlakukan khusus pada siswa tersebut.

Rekomendasi itu telah dilakukan pihak SDN 1 Senden dengan memberi kesempatan Dio tetap melanjutkan sekolah hingga lulus, meski beberapa kegiatan seperti ujian praktik tidak bisa dia lakukan.

Sayangnya, kata Sumardjadi, sekolah sejauh ini belum bisa memfasilitasi penyediaan kursi roda untuk aktivitas Dio selama di area sekolah karena belum ada alokasi biaya khusus.

"Selama di sekolah Dio biasanya hanya di bangku kelas, tempatnya duduk dan tidak ke mana-mana sampai pulang. Dio pulang-pergi selalu dijemput dan diantar ibunya, kadang bapaknya jika pas pulang dari perantauan di Kalimantan," kata Sumardjadi.

Dio sendiri mengatakan dia tetap semangat bersekolah. Dia ingin menyelesaikan pendidikan hingga lulus kelas VI di SDN 1 Senden. Dia berharap bisa melanjutkan pendidikan di jenjang SMP. Namun dia menyatakan saat ini tidak terlalu yakin akan hal itu karena malu dengan kondisinya yang tidak normal.

Jika akan melanjutkan sekolah di SLB, Dio tidak mau. Dia akan memilih tidak melanjutkan pendidikan jika bukan di sekolah umum.

"Sebenarnya saya ingin untuk tetap sekolah, dan meneruskan pendidikan ke jenjang SMP juga SMA, namun dengan keadaan seperti ini saya terus terang malu. Tidak percaya diri," kata Dio.

Menurut keterangan sang ibu, Yuliati Asifa Ningsih (36), penyakit Dio mulai diketahui sejak umurnya empat tahun, atau ketika dia duduk di taman kanan-kanan (TK) kelas B (nol kecil).

Saat itu, kata sang ibu, Dio megikuti lomba lari yang diadakan sekolah dan diawasi guru. Namun ketika akan bertanding, tiba-tiba gurunya melarang dia dengan alasan sikap dan cara jalan-lari Dio tidak seperti yang lain, tidak normal.

"Setelah itu guru memberitahu hal itu kepada ibu, dan semenjak saat itu saya langsung bawa ke dokter," kata Yuliati.

Apa yang dikhawatirkan gurunya itu terbukti. Secara berangsur penyakit Dio makin parah.

Saat masuk kelas 1 SD, Dio tidak bisa berjalan dengan lancar lagi. Setiap kali berjalan dirinya harus dipapah orang lain, atau dengan cara merambat di tembok atau benda lainnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com