Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nelayan Tolak Asuransi karena Khawatir Dipakai Nikah Lagi Sang Istri

Kompas.com - 25/04/2017, 09:27 WIB
Sukoco

Penulis

NUNUKAN, KOMPAS.com – Sejumlah nelayan di wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, menolak bantuan premi asuransi nelayan (BPAN) dari Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Para nelayan khawatir asuransi kecelakaan untuk meninggal dunia senilai Rp 200 juta justru akan digunakan menikah lagi oleh sang istri.

Baca juga: Seperti Apa Program Asuransi bagi Nelayan yang Disediakan Pemerintah?

Kepala Bidang Pemberdayaan Nelayan Kecil Dinas Perikanan Kabupaten Nunukan, Usman Hasan mengatakan, kekhawatiran para nelayan karena peristiwa tersebut pernah terjadi di Nunukan.

"Pernah ada hal seperti itu, tetapi tidak banyak. Ya, memang ada yang khawatir nanti istrinya justru kawin lagi dengan uang asuransi kalau suaminya meninggal," ujarnya, Selasa (25/4/2017).

Usman Hasan menambahkan, adanya penolakan bantuan premi asuransi bagi nelayan juga disebabkan minimnya pemahaman nelayan tentang pentingnya asuransi bagi nelayan.

Sebagian dari sekitar 3.000 nelayan Nunukan hanya tamatan sekolah dasar.

“Dari sekitar 3.000 nelayan kita, yang sarjana itu paling hanya satu orang, mayoritas tamat SD. Bahkan sekitar 10 persennya bisa dikatakan buta huruf," kata Usman.

Usman menyebutkan, dari 3.000 nelayan, pihaknya mencatat 2.217 di antaranya sudah mengantongi kartu nelayan. Dari 2.217 nelayan itu, 900 orang di antaranya merupakan penerima bantuan premi asuransi nelayan (BPAN).

Penerima program BPAN merupakan nelayan yang memiliki kartu nelayan, berusia maksimal 65 tahun, menggunakan kapal bermesin maksimal 10 GT dan belum pernah mendapat bantuan program asuransi dari pemerintah.

Baca juga: 1.000 Nelayan Morotai Terima Kartu Asuransi dari Menteri Susi

Usman mengaku akan lebih menggiatlkan petugas penyuluhan lapangan (PPL) untuk melakukan menyosialisasikan pentingnya asuransi bagi nelayan di wilayah perbatasan.

"Kalau teori menangkap ikan mereka sudah ahlinya, tapi kita akan lebih menggiatkan penyuluhan di bidang asuransi, pelatihan pengolahan hasil ikan dan sebagainya," ucap Usman.

Kompas TV Panitia Seleksi Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan akhirnya membuka calon kandidat petinggi OJK. Hingga penutupan pendapaftaran pada 2 Februari lalu, tercatat 882 orang telah mendaftar. Dari jumlah tersebut, calon yang lolos ke tahap kedua mencapai 107 orang. Kursi petinggi OJK memang sangat menggiurkan. Tidak hanya pelaku jasa keuangan yang mendaftar, tapi para akademisi hingga politisi juga turut mendaftar. Yang menarik, separuh pendaftar justru merupakan kaum muda. Kalangan profesional lembaga keuangan memang mendominasi kandidat dengan jumlah hingga 40 orang. Namun, dua kandidat dari yang merupakan politisi di dewan perwakilan juga turut lolos. Selain ketua Komisi XI DPR, dari Partai Golkar Melchias Markus Mekeng, politisi PDI-P, Andreas Eddy Susetyo juga turut meramaikan bursa calon dewan komisioner OJK. Namun, menjadi komisioner OJK tidaklah mudah. Pasalnya, lembaga ini mengawasi lembaga dengan aset hingga ribuan triliun rupiah. Lembaga ini meliputi bank, asuransi, dana pensiun, hingga para emiten di Bursa Efek Indonesia. Untuk itu, masyarakat juga diajak memberi masukan. Menjadi komisioner OJK memang tidak bisa bermodalkan niat semata. Integritas yang tinggi juga mutlak dimiliki para kandidat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com