Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Mbah Boni Buat Mainan dari Tanah Liat sejak Zaman Jepang

Kompas.com - 19/04/2017, 06:41 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis

BANYUWANGI,KOMPAS.com - Mbah Boni dengan cekatan mengangkat ember berisi air dan membawanya ke halaman rumah. Kemudian ia menyiapkan tanah liat serta alat putar tradisional. Dengan tekun, dia membentuk tanah liat sesuai keinginannya.

"Kalau ini buat kempling, mainan anak anak yang bisa ditabuh seperti rebana. Nanti ini dikasih kertas semen. Kalau ditabuh bunyinya pling....pling...." ungkapnya kepada Kompas.com, Selasa (18/4/2017).

Mbah Boni bercerita, pekerjaannya membuat mainan dari tanah liat sudah dilakoni sejak zaman Jepang. Saat itu, hasil karyanya dihargai dua rupiah per buah. Selain membuat mainan, ia juga menerima pesanan pembuatan piring dari tanah liat serta cobek yang ia buat sendiri di halaman rumahnya.

"Dulu kan nggak ada piring plastik atau keramik, ya makannya pakai piring tanah liat. Ada yang ngajari saya waktu masih belum nikah," katanya.

Menurutnya, dulu di tempat tinggalnya saat ini, Desa Kepundungan, Kecamatan Srono, Banyuwangi, banyak yang membuat kerajinan dari tanah liat. Namun sebagian besar mereka transmigrasi dan pindah ke Papua.

Mbah Boni sempat ditawari ikut pindah namun ia menolak dan memilih tetap tinggal di Banyuwangi bersama suaminya. "Jadi sekarang ya tinggal saya yang buat mainan seperti ini. Sudah tidak ada lagi penerusnya," kata nenek yang memiliki 12 buyut tersebut.

Saat masih muda, setiap hari Mbah Boni bisa membuat hampir 100 buah kerajinan tanah liat. Namun kini, dia hanya sanggup membuat paling banyak 30 buah dan itu dikerjakan pagi hari selama kurang lebih dua jam.

"Kalau sinar mataharinya sudah kena pintu rumah saya berhenti. Capek," katanya sambil tertawa.

Untuk satu mainan yang ia buat dihargai Rp 500 sampai Rp 1.000 per buah. Paling lama seminggu sekali ada orang yang datang ke rumahnya untuk mengambil dan menjualnya kembali ke pasar.

"Yang ambil usianya sama tuanya seperti saya. Ini sudah empat hari nggak ambil katanya masih sakit," ungkapnya.

Biasanya mainan Kempling yang ia buat laris pada saat bulan Puasa karena banyak anak-anak yang memainkan saat jelang berbuka puasa atau saat sahur. Selain membuat Kempling, Mbah Boni juga membuat pot bunga, cobek, dan peralatan dapur berbentuk mini yang biasanya digunakan untuk anak perempuan bermain masak-masakan.

"Kadang ada yang langsung ke sini buat beli," ungkapnya.

Kepada Kompas.com, Mbah Boni menunjukkan tumpukan Kempling yang hampir jadi di dalam rumahnya. Setelah tanah liat dibentuk, lalu di jemur hingga kering.

Terakhir hasil karya Mbah Boni di bakar menggunakan tungku sederhana di belakang rumah. Saat membakar, Mbah Boni dibantu oleh anak yang tinggal bersamanya.

Berusia 108 Tahun

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com