Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dokter: Bayi Kembar Siam Asal Sumbawa Tidak Mungkin Dipisahkan

Kompas.com - 18/04/2017, 19:54 WIB
Karnia Septia

Penulis

MATARAM, KOMPAS.com - Genap delapan hari bayi kembar siam dua kepala dan satu tubuh, asal Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), dirawat intensif di ruang perawatan Neonatal Intensif Care Unit (NICU), RSUD Provinsi NTB.

Direktur RSUD Provinsi NTB, dr Lalu Hamzi Fikri mengatakan, pihaknya telah membentuk tim dokter dan berkoordinasi dengan tim dari RSUD Dokter Soetomo, Surabaya, untuk penanganan bayi kembar siam putra dari pasangan Fathul Bahri dan Zuriyah.

Baca juga: Bayi Kembar Siam Dempet Dada dan Perut Lahir di Sumbawa

Tim pelayanan kembar siam terpadu RSUD Dokter Soetomo, dr Agus Harianto SpA mengatakan, pasien bayi kembar siam yang diberi nama Muhammad Talib ini termasuk kembar siam parapagus.

"Artinya bayi ini dempet, di mana mempunyai dua kepala tapi tubuhnya menyatu," kata Agus.

Agus mengatakan, kembar siam parapagus menjadi fenomena di Indonesia. Selain di Sumbawa, ada beberapa kasus serupa terjadi di beberapa daerah, seperti Surabaya, Medan dan kembar siam parapagus di Gersik.

Dia menyebutkan ada 10 kasus kembar siam parapagus yang pernah ditangani. Menurut catatan, pasien yang mengalami kembar siam parapagus kebanyakan tidak bertahan lama.

"Ada yang paling panjang usianya di Gersik 11 hari dan mereka tidak dipisahkan," kata Agus.

Dalam kasus ini, bayi Muhammad Talib lahir dalam keadaan kekurangan oksigen. Bayi laki-laki ini kemudian dirujuk ke RSUD NTB karena kondisi pernapasan yang tersengal-senggal.

Sejak dirujuk dari RSUD Sumbawa ke RSUD Provinsi NTB, tim kembar siam RSUD NTB telah berkoordinasi dengan tim dari RSUD Dokter Soetomo Surabaya untuk menangani pasien ini.

Dari hasil pemeriksaan sementara, bayi ini memiliki dua jantung, organ jantung lengkap, tetapi paru-paru terganggu. Pembuluh darah besar (aorta) menyatu, ginjal satu pasang, limpa satu dan liver menyatu.

"Fokus kami merawat bayi seoptimal mungkin supaya hidup berdampingan sepanjang masa. Pasien kembar siam parapagus tidak mungkin untuk dipisahkan dalam keadaan normal. Dia akan bertahan hidup sepanjang masa berdampingan," kata Agus.

Agus mengatakan ada beberapa faktor yang menyebabkan kembar siam itu tidak dapat dipisahkan, di antaranya jika jantung dan pembuluh darahnya menyatu serta jaringan otak menyatu.

Dr Purwadi SpB SpBA menambahkan ada kemungkinan bayi ini hidup karena memiliki dua jantung. Namun bayi kembar siam ini tidak mungkin untuk dipisahkan.

"Kalau memaksa untuk dipisahkan pasti ada korbannya salah salah satu atau salah duanya," kata Purwadi.

Setelah berkomunikasi dengan keluarga pasien, tim memutuskan untuk merawat bayi ini seoptimal mungkin di RSUD Provinsi NTB. Untuk biaya perawatan rumah sakit sepenuhnya akan ditanggung oleh pemerintah daerah.

Baca juga: Bayi Kembar Siam yang Lahir di Toilet Akan Dioperasi Pemisahan

Belajar dari kasus ini, dr Purwandi mengajak pada masyarakat untuk mengambil hikmah. Kepada para ibu yang hamil dan ditengarai ada kembar, jangan segan-segan untuk memeriksakan diri ke rumah sakit. Sebab dengan pemeriksaan secara dini melalui USG, maka dokter bisa mengetahui secara dini jenis kembar yang dialami bayi serta mengetahui perkembangan bayi.

Sebelumnya diberitakan, bayi kembar siam dengan dua kepala dan satu tubuh, lahir melalui operasi caesar di RSUD Sumbawa, Senin (10/4/2017). Bayi laki-laki pasangan Fathul Bahri dan Zuriyah ini kini telah dirujuk ke RSUD Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) untuk mendapatkan perawatan intensif.

Kompas TV Kondisi bayi kembar siam yang didiagnosa memiliki dua kepala, tiga tangan, dua kaki, berangsur membaik.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com