Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rumah Baca Akar Pelangi, dari TKI untuk Negeri

Kompas.com - 05/04/2017, 15:37 WIB
Kontributor Lampung, Eni Muslihah

Penulis

BANDAR LAMPUNG, KOMPAS.com - Riuh, sore itu anak-anak saling berebut buku bacaan di rumah Sutijah (86), warga Labuham Ratu 9, Kecamatan Labuan Ratu, Kabupaten Lampung Timur.

Setelah mendapatkan buku bacaan kesayangannya, anak-anak langsung berlari menuju teras rumah. Seketika suasana langsung hening, anak-anak sudah menemukan keasyikannya dalam membaca.

Baca juga: Rumah Baca Anak-anak Jalanan Itu Menanti Perhatian Pemkot Depok

Rudi Hartono (28), pemilik rumah baca, mengaku sudah setahun lalu mendirikan taman bacaan untuk anak yang ada didesanya itu.

"Ide itu muncul dari obrolan kecil pemuda di sini yang ingin membuat rumah baca untuk memasilitasi anak-anak supaya bermain tetap terarah," kata Rudi, Sabtu (1/4/2017).

"Ketika itu di rumah juga tidak ada rak buku, jadi terpaksa saya gunakan lemari baju pakaian nenek saya (ibu Sutijah) untuk dijadikan rak buku," lanjut dia.

Sutijah awalnya keberatan rumahnya dijadikan taman bacaan. Ia merasa rumahnya jelek dan tak tahan dengan keriuhan suara anak-anak.

"Nenek saya bilang rumahnya jelek malu kalau banyak orang datang dan berisik suara keributan anak-anak," Rudi mengulang ucapan neneknya.

Tapi Rudi terus memberi pengertian tentang cita-citanya membentuk rumah baca yang ingin melihat generasi di kampungnya lebih maju.

Berbekal dengan 16 buah buku yang tersedia, Rudi nekat membuka rumah baca. Rumah baca yang diberi nama "Akar Pelangi" pun berdiri dan kini telah memiliki koleksi lebih dari 700 buku.

Rumah baca ini terletak di desa penyangga, sekitar 500 meter dari pintu masuk hutan Taman Nasional Way Kambas (TNWK) Lampung Timur. Oleh karena itu, salah satu koleksi buku yang tersedia adalah tentang hutan.

"Anak-anak sangat tertarik dengan koleksi buku cerita tentang hutan dan satwa liar," ujar Rudi.

Sugio, aktivis Wild Conservation Society (WCS), mengatakan, hadirnya taman baca ini bisa membantu program untuk pelestarian hutan terhadap generasi sejak dini.

"TNWK menjadi salah satu warisan dunia yang harus dilestarikan anak cucu. Adanya taman baca memudahkan bagi penggiat lingkungan untuk mengedukasi anak-anak tentang penyelamatan hutan," tutur dia.

Mantan TKW jadi guru

Kontributor Lampung, Eni Muslihah Anak-anak sedang mewarnai gambar di rumah baca Akar Pelangi, Lampung.

Tak cuma berbicara soal penyelamatan hutan, rumah baca Akar Pelangi juga membuka kursus gratis bahasa Inggris. Materi les bahasa Inggris diisi langsung oleh Tuti Setiyowati (37) yang pernah bekerja selama 11 tahun di Singapura dan Taiwan sebagai tenaga kerja wanita (TKW).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com