Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demi Sekolah, Sudah 3 Minggu Lina Tidur di Tengah Banjir

Kompas.com - 14/02/2017, 14:13 WIB
Ari Widodo

Penulis

DEMAK, KOMPAS.com - Sudah tiga minggu ini, Lina Fathonah (15) yang tinggal di Desa Sayung RT 1 RW 4, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, bersama keluarganya tidur di atas genangan air limpasan Sungai Dombo yang meluap.

Jika tak memikirkan sekolahnya, Lina dan keluarga akan menerima tawaran kerabatnya mengungsi ke Semarang.

"Tiga minggu tidur di atas air, goyang-goyang 'ambennya' (tempat tidur). Kalau ngungsi nanti sekolahnya gimana? Saya takut ketinggalan praktik," keluhnya, Selasa (14/2/2017).

Menurut Lina yang masih duduk di kelas X SMK 1 Sayung, jurusan Tata Boga itu, banjir masuk rumah setinggi 50 cm dan di pekarangan serta jalan setinggi pinggang orang dewasa. Semua barang dinaikkan ke tempat yang lebih tinggi dan diberi alas menggunakan batu bata.

"Jalan kampung dikepung air sepaha. Saya berangkat ke sekolah jam 05.00 WIB, takut telat karena jalan kebanjiran. Dari rumah pakai baju rumahan terus ganti di sekolah," ungkapnya. 

Pelajar ini juga mengaku tidak bisa konsentrasi belajar karena harus belajar diatas genangan air.

"Tidak nyaman beraktivitas di atas air. Baju gampang basah. Dingin juga," keluhnya.

Bukan hanya Lina, sejumlah pelajar lainnya juga harus berjibaku melawan genangan air ketika berangkat sekolah.

Warga yang berangkat bekerja pun juga harus menerobos banjir yang mengepung jalan desa.

Munawir, Kepala Desa Sayung, Kecamatan Sayung, Demak, menuturkan, banjir melanda wilayahnya sejak dua bulan terakhir ini. Banjir diakibatkan luapan Sungai Dombo, Sayung,  yang tidak mampu menampung debit air yang terus naik akibat tingginya curah hujan.

Selain itu juga adanya kiriman air dari daerah atas yakni di wilayah Kabupaten Semarang dan Salatiga sehingga Sungai Dombo meluap. Banjir tahunan itu, mengakibatkan sebanyak 1.471 rumah warga terendam banjir dengan ketinggian bervariasi 20 cm-50 cm. 

Sebuah mushala dan dua sekolah juga terendam banjir sehingga aktivitas warga lumpuh.

"Banjir tahun ini paling parah, ada delapan RW yang terendam banjir. Terparah di RW 7, ada 480 rumah warga yang terkena dampak banjir," kata Munawir.

Selain rumah, banjir juga merendam 200 hektar lahan pertanian siap panen sehingga menyebabkan 320 petani setempat mengalami gagal panen. Sementara itu, sedikitnya 21 jalan kampung dan 4 jalan desa terendam air setinggi 60 cm-1 meter sehingga mengganggu aktivitas warga sehari-hari.

Banjir yang berlangsung berminggu-minggu itu menyebabkan warga mulai terserang berbagai penyakit, seperti demam dan diare. Bahkan salah seorang warga, Nur Umu Habibah, warga RT 3 RW 3, terpaksa dilarikan ke rumah sakit karena mengalami kejang akibat kedinginan.

"Akses warga terganggu. Aktivitas warga juga lumpuh sehingga kekurangan logistik. Saat ini warga sangat membutuhkan beras, mie instan, tabung elpiji, sarden dan minyak goreng.  Prasarana lainnya yakni perahu karet, selimut dan tikar," tukasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com