Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Keberagaman Dari Klenteng Kim Hin Kiong

Kompas.com - 28/01/2017, 17:02 WIB
Hamzah Arfah

Penulis

GRESIK, KOMPAS.com – Keberadaan klenteng Kim Hin Kiong yang berlokasi di Jalan Dr. Setia Budi Gang Klenteng No. 56, Kelurahan Pulopancikan, Kecamatan Gresik, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, memang cukup unik.

Berada di tengah-tengah pemukiman padat penduduk yang mayoritas beragama islam, klenteng Kim Hin Kiong yang didirikan pada 1 Agustus 1153 masih eksis hingga hari ini, meski dengan populasi umat yang terus menyusut.

“Dulunya di sini memang kampung pecinan. Tapi setelah bangsa Arab datang, sedikit demi sedikit mereka kemudian mendirikan bangunan dan rumah di sini, yang secara turun-temurun menjadi kaum mayoritas,” ujar perwakilan dari klenteng Kim Hin Kiong Candra Kurniawan, Sabtu (28/1/2017).

Meski berada di pemukiman dengan mayoritas pemeluk agama Islam, namun warga dan pengunjung klenteng bisa saling rukun hidup berdampingan.

Terlebih 500 meter dari klenteng Kim Hin Kiong terdapat Masjid Jami Gresik, dan sekitar 100 meter di depan klenteng juga berdiri Gereja Pantekosta GPdl Gresik.

“Yang saya tahu, sejak mulai dulu, semua masyarakat di sini sudah terbiasa hidup berdampingan dan saling menghormati, meski berbeda-beda agama dan kepercayaan. Itulah yang membuat sejauh ini, tidak ada gesekan di antara kami,” jelasnya.

Dalam perayaan imlek pada tahun ini, Candra mengaku, tidak ada acara selain sembahyang yang dilaksanakan di klenteng Kim Hin Kiong, itupun dengan jumlah umat yang sedikit minor.

Karena menurutnya, banyak para warga keturunan Tionghoa yang memilih melakukan ritual sembahyang menyambut imlek di rumahnya masing-masing.

“Kalau tadi malam dan pagi ini, mungkin hanya sekitar 50 keluarga saja yang mengikuti sembahyang di klenteng,” jawab dia.

Setali tiga uang, salah satu warga Tionghoa yang melakukan sembahyang di klenteng Kim Hin Kiong Ameng (73) menambahkan, jika dirinya berharap para warga di Indonesia juga tidak terlalu fanatik dengan agama maupun kepercayaan yang dianutnya.

“Janganlah terlalu fanatik. Silakan fanatik, namun sebatas untuk diri sendiri. Sebab bagaimana pun kan di Indonesia ada yang namanya Pancasila, yang menjadi dasar Negara dengan keberagaman di dalamnya,” tutur Ameng.

Meski hanya diikuti sedikit warga Tionghoa, namun jajaran pihak kepolisian tidak mau kecolongan. Mereka tetap melakukan prosedur penjagaan umat, yang sedang melakukan ritual sembahyang di klenteng Kim Hin Kiong.

“Ada 50 aparat gabung yang terlibat dalam penjagaan imlek di klenteng Kim Hin Kiong. Mereka stand by dari kemarin (27/1/2017) hingga malam nanti pukul 19.00 WIB, untuk berjaga-jaga dan memberikan rasa aman bagi para pengunjung klenteng yang ingin beribadah,” ujar Kapolsek Kota Gresik, AKP Suyatmi.

Rasa kebersamaan dan saling menghargai, juga ditunjukkan oleh warga sekitar klenteng yang berada di Kelurahan Pulopancikan.

Mereka pun mengaku, tidak ingin menodai hubungan harmonis lain agama yang sudah terjalin dengan bagus selama ini.

“Sebab kalau ada apa-apa atau kalau ada acara, perwakilan dari pihak klenteng pasti ngomong dan pamit dulu dengan warga. Jadi kami pun merasa segan serta dihargai, dan ingin menjaga hubungan baik agar tetap terus terjaga,” kata Suharto (46), salah satu warga yang tinggal di samping klenteng.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh warga Kelurahan Pulopancikan yang lain, Karmudji (57).

Ia menyatakan, warga setempat juga kerap terlibat dan membantu bilamana pihak klenteng membutuhkan bantuan.

“Rasa saling menghargai dan menghormati inilah yang membuat kami dengan pihak klenteng, ingin terus melestarikannya sampai masa yang akan datang. Terlebih setelah kami ikut membantu, biasanya pihak klenteng juga kadang memberikan timbal balik berupa sembako,” ucap Karmudji.

Kompas TV Kelenteng Bagikan Beras Untuk Warga
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com