Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diabadikan sebagai Nama Jalan, Ini Sosok Yap Tjwan Bing, Tokoh Nasional Keturunan Tionghoa Asal Solo

Kompas.com - Diperbarui 01/02/2022, 14:22 WIB
Kontributor Surakarta, Michael Hangga Wismabrata,
Farid Assifa

Tim Redaksi

SOLO, KOMPAS.com - Perayaan Tahun Baru Imlek di Kota Solo digelar secara meriah. Ribuan lampion menghiasi beberapa sudut Kota Solo.

Di balik kemeriahan itu, ada kenangan yang bisa dilepaskan begitu saja terhadap seorang tokoh nasional asal Solo dan merupakan keturunan Tionghoa. Sosok tokoh itu bernama Yap Tjwan Bing.

Namanya juga dijadikan nama jalan di Kota Solo, tepatnya di Kampung Jagalan, Jebres, yakni Jalan Drs Yap Tjwan Bing.

Tjwan Bing lahir pada tanggal 31 Oktober 1910 di Kota Solo. Pemuda Tionghoa asal Solo tersebut menyandang sarjana farmasi dari universitas di Amsterdam pada tahun 1939.

Setelah lulus, Yap pulang ke Tanah Air dan mendirikan apotek di Bandung.

Saat masa perjuangan merebut kemerdekaan RI, Yap bersama Soekarno dan Hatta terjun dalam pergerakan nasional.

"Saya sendiri tidak mengenal sosok langsung Yap Tjwan Bing, namun saya sering berbagi cerita dengan anak-anaknya dan juga dari sejarah kemerdekaan. Meski keturunan Tionghoa, beliau menunjukkan komitmen dan perjuangan tanpa memandang suku agama atau ras saat itu. Untuk Indonesia dirinya total dan pokoknya 100 persen Indonesia," kata Sumartono Hadinoto, ketua Panitia Imlek Solo 2017.

Baca juga: Malam Imlek di Kelenteng Tien Kok Sie Solo, Sembahyang Dilakukan secara Terbatas dan Bergantian

Toleransi dan kebersamaan

Warga memadati kawasan Jembatan Pasar Gede Kota Solo, Sabtu (30/1/2022)Fristin Intan/Kompas.com Warga memadati kawasan Jembatan Pasar Gede Kota Solo, Sabtu (30/1/2022)
Sumartono, yang juga menjadi tokoh masyarakat di Solo, menegaskan, saat ini keteladanan Yap Tjwan Bing bagi warga Tionghoa di Solo adalah kebersamaan dan toleransi.

 

Seratus persen Indonesia yang ditunjukkan Yap adalah konkret dan riil serta bisa diteladani untuk memajukan Kota Solo, bahkan Indonesia.

"Saat ini harus disadari bahwa dengan kemajuan teknologi, tidak akan ada lagi yang bisa 100 persen murni Tionghoa, pasti akan ada asimilasi alami seiring perjalan waktu. Oleh karena itu, meski masa hidup Yap pada zaman kemerdekaan sudah usai, namun semangat nasionalisme dan menghargai perbedaan akan abadi," kata Sumartono, yang juga menjadi tokoh masyarakat Tionghoa di Solo, Sabtu (28/1/2017).

Sumartono berharap warga Solo, khususnya keturunan Tionghoa, selalau mengingat dan menerapkan apa yang sudah dilakukan oleh Yap Tjwan Bing untuk bangsa Indonesia.

Di Kota Solo, semangat tahun baru Imlek juga bernafaskan keragaman dan melibatkan seluruh warga Solo tanpa memandang suku, agama dan ras.

"Tahun baru Imlek memang bukan hanya untuk warga Tionghoa, namun juga harus bisa dirasakan manfaatnya oleh warga lainnya. Oleh karena itu, setiap Imlek kita gandeng pedagang pasar, pedagang kaki lima, dan warga di kampung-kampung. Semuanya untuk mewujudkan kebersamaan yang harmonis," katanya.

Yap Yjwan Bing adalah satu satunya anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Dia turut hadir dalam pengesahan UUD 1945 dan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden pada tanggal 18 Agustus 1945.

Setelah kemerdekaan, Yap bergabung dalam Partai Nasional Indonesia, partai yang didirikan oleh Bung Karno. Yap menjadi anggota KNIP sekaligus anggota DPR-RIS.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com