Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Para "Asgar" Merawat Tradisi Tukang Cukur Garut

Kompas.com - 17/01/2017, 09:45 WIB

Oleh Soelastri Soekirno

KOMPAS.com - Kejayaan tukang cukur asli Garut, Jawa Barat, telah lama melegenda. Para ”Asgar”, demikian julukan mereka, menghidupkan banyak tempat potong rambut untuk pria (”barbershop”) di kota-kota besar di Indonesia, seperti Bandung, Jakarta, atau Bogor. Tradisi itu terjaga berkat upaya regenerasi oleh para tukang cukur senior. Salah satunya, Ada Syuhada.

Usia Ada Syuhada—biasa dipanggil Abah Ada—menjelang 69 tahun, tetapi badannya kencang dan sehat. Ia masih sanggup mencangkul dan menanam padi di sawah tak jauh dari rumahnya di Kampung Peundeuy, Desa Banyuresmi, Kecamatan Banyuresmi, Kabupaten Garut. Bertani di lahan sendiri menjadi pekerjaan tambahan di tengah kegiatannya sebagai tukang cukur dan pengajar cukur.

Abah Ada ikut mengajar siswa di sekolah cukur milik Abah Atrox, yang juga masih kerabat dekatnya. Sejak setahun lalu, Atrox—yang bernama asli Rizal Fadilah (48)—membuka sekolah pangkas rambut di rumahnya yang bertetangga dekat dengan rumah Ada. Imam Santoso (42), anak Ada, juga mengajar di sana.

Mereka bertiga mengasah kemampuan anak-anak muda dari sejumlah daerah dalam memotong rambut. Ada biasa mengajarkan teknik dasar yang harus dikuasai dengan benar oleh para pemangkas rambut. ”Kalau dari model rambut, mah, sebenarnya hampir sama dengan zaman dulu. Supaya mudah, kalau mau potong rambut pendek, orang dulu minta model cepak seperti tentara,” kata lelaki berkumis itu seraya tertawa.

Bagi Ada, seorang tukang cukur harus punya keterampilan standar memangkas rambut. Barber, sebutan untuk tukang cukur pria, juga mesti mengikuti perkembangan zaman sehingga bisa mencukur sesuai model baru. Selain itu, ada hal yang jauh lebih penting dijaga, yaitu etika.

”Menjadi tukang cukur itu tak hanya pintar mencukur, tapi juga harus punya sopan santun. Tidak boleh pakai baju sembarangan, harus bersih dan rapi. Harus sabar, terutama menghadapi tamu yang tidak puas dengan pekerjaan kita,” paparnya.

Tak hanya berbicara, Ada juga mempraktikkan cara berpakaian dan bersikap sopan. Saat mengajar di Sekolah Cukur Abah Atrox, akhir Oktober 2016, misalnya, ia mengenakan kemeja merah dan celana panjang yang disetrika licin. Rambutnya yang tipis dan memutih disisir rapi. Kumis tebalnya pun tertata baik.

Saat menerima tamu, ia berusaha memakai kemeja, minimal kaus berkerah. ”Bisa jadi karena sudah kebiasaan,” jawabnya saat ditanya soal penampilan yang terjaga itu.

Keliling kampung

Sudah lebih dari setengah abad Abah Ada menekuni pekerjaan sebagai tukang cukur. Perjalanan itu bermula dari tahun 1965, saat ia berusia 17tahun. Ia belajar mencukur rambut dari ayahnya, Aki Uca, tukang cukur generasi awal di Garut.

”Ini nama ayah saya yang meninggal di usia 104 tahun,” kata Ada menunjuk piagam dari Paguyuban Pangkas Rambut Indonesia Kabupaten Garut. Organisasi itu menilai Uca telah berkontribusi pada kemajuan jasa paras di Kampung Peundeuy.

Uca menjadi tukang cukur keliling di wilayah Garut sejak zaman Jepang dan Belanda. Ketika terjadi pemberontakan oleh Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) akhir tahun 1940-an, warga Banyuresmi terkena imbas. Mereka, terutama lelaki, mengungsi ke kota lain. Aki Uca mengungsi ke Majalaya, Bandung, dan meneruskan kerja sebagai tukang cukur rambut keliling di daerah itu.

Ada, yang tumbuh besar bersama 10 saudaranya, mengikuti jejak dua kakaknya yang belajar ilmu memangkas rambut dari sang ayah. Dua adiknya juga ikut menjadi tukang cukur. Maka, dari 11 anak, lima orang di antaranya meneruskan pekerjaan sang ayah. ”Akang saya ada yang masih kerja di Bandung. Adik saya jadi tukang cukur di Pasar Minggu (Jakarta Selatan),” ujar Ada yang jebolan kelas III sekolah rakyat di Banyuresmi.

 Uca mengajarkan ilmu dasar cukur rambut kepada anak-anaknya. Anak-anak lantas berlatih kerja mandiri mencari pelanggan dengan berkeliling dari kampung ke kampung. ”Waktu itu, tukang cukur ya keliling. Belum ada yang buka tempat cukur rambut di bawah pohon atau kios. Sehari-hari saya keliling sambil bawa tas dan kursi. Begini bawanya,” tuturnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com