Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ribuan Penambang Emas Ilegal Kembali Masuk ke Gunung Botak

Kompas.com - 12/01/2017, 15:15 WIB
Rahmat Rahman Patty

Penulis

AMBON, KOMPAS.com - Sempat ditutup oleh aparat keamanan, aktivitas penambangan emas secara ilegal kini kembali dilakukan di kawasan Gunung Botak, Kecamatan Waelata, Kabupaten Buru, Maluku.

Berdasarkan informasi yang dihimpun, saat ini ada ribuan penambang illegal dari berbagai daerah di Indonesia yang telah berada di Buru dan kini mulai sedang beraktivitas di kawasan Gunung Botak.

“Sudah banyak penambang di gunung Botak saat ini, jumahnya lebih dari 2.000 orang, tapi bagusnya tanyakan langsung saja kepada Kepala Dinas,” kata salah seorang pejabat di Dinas ESDM Kabupaten Buru yang engan menyebutkan identitasnya saat dihubungi dari Ambon, Kamis (12/1/2017).

Dia mengaku, saat ini kondisi di Gunung Botak sudah sama seperti beberapa tahun lalu sebelum aparat keamanan menutup lokasi tersebut.

”Keadaan saat ini sama seperti beberapa tahun lalu sebelum ditutup, jadi ramai sekali dengan aktivitas penambangan, tenda-tenda juga terus dibangun,” katanya.

Penambangan emas secara ilegal gencar dilakukan secara terang-terangan oleh para penambang illegal setelah aparat keamanan dari unsur TNI/Polri yang sebelumnya berjaga di kawasan Gunung Botak ditarik pada Jumat (11/1/2017).

Penarikan aparat TNI/Polri dari kawasan tersebut untuk pengamanan Pilkada Kabupaten Buru yang akan berlangsung 15 Februari mendatang.

Salah satu aktivis lingkungan di Buru, Ruslan Arif Soamole mengatakan sejak ditarik dari Gunung Botak, ribuan penambang ilegal kini mulai memadati kawasan tersebut untuk melakukan penambangan emas secara ilegal.

“Saat ini hanya ada Satpol PP yang berjaga di Gunung Botak, jadi secara otomatis penambang ilegal bebas melakuka aktivitas di kawasan Gunung Botak,” katanya.

Dia mengaku bahwa aktivitas penambangan terus dibiarkan maka dampak kerusakan lingkungan akan semakin besar. Karena itu, dia meminta agar aparat keamanan kembali ditempatkan di wilayah itu.

“Hal ini juga untuk mengantisipasi adanya sejumlah masalah sosial di kawasan itu, termasuk pencemaran lingkungan,” katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com