Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bertahan Hidup dengan Ajaran Samin

Kompas.com - 16/12/2016, 07:49 WIB
Kontributor Semarang, Nazar Nurdin

Penulis

SEMARANG, KOMPAS.com – Banyak orang percaya, warga Samin atau Sedulur Sikep adalah simbol dari salah satu pewaris tradisi kebudayaan di Jawa.

Sebaliknya, ada juga memberi stigma bahwa warga Samin adalah warga terbelakang yang tidak mau sekolah.

Warga Samin mempunyai prinsip (laku) tersendiri untuk menjalani hidup. Kadang kala, keberadaan mereka terasing di wilayahnya sendiri.

Lambat laun stigma itu berubah. Anak Samin mulai bersedia sekolah. Mereka juga hidup bersosial dengan warga sekitar.

Budi Santoso, salah satu warga Sikep dari Desa Larikrejo, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus, misalnya. Meski berasal dari Sikep, ia mulai mengarahkan ketiga anaknya untuk ikut belajar di sekolah.

Semua anaknya lulus di sekolah menengah pertama di wilayahnya. Sekolah bagi mereka tidak harus tinggi. Yang terpenting ialah anak-anak mereka bisa bisa membaca dan berhitung.

"Kami sudah cukup dengan itu. Mau apa lagi," ujar Budi kepada Kompas.com, beberapa waktu lalu.

Orang Samin dikenal memiliki kepribadian jujur dan lugu. Ketika kedatangan tamu, mereka menyuguhkan makanan yang dipunyainya. Mereka tidak menyembunyikan apa yang mereka punya.

Warga Samin juga mengajarkan kesantunan. Mereka harus mencintai alam dan seisinya. Mereka juga cinta dan setia pada amanat leluhur serta hormat dengan pemerintahan yang dianggap sebagai orangtua dan sesepuh rohani.

Dalam buku berjudul "Hanggo Puso Aji: Ajaran dan Sejarah Pergerakan Ki Samin Surosentiko" karya Budi Santoso (2016:5), orang Samin mendasarkan perilaku pada empat hal. Mereka tidak mengganggu siapa pun, tidak mengambil milik orang lain, mencari makan dari miliknya sendiri, dan menjaga perilaku dengan baik.

Ajaran Samin mengandung banyak nilai keluhuran. Maka sewajarnya keberadaa Samin dijaga dalam konteks pembangunan bangsa.

Orang Samin mampu melestarikan budaya lokal sehingga nilai kearifan itu bisa merawat kebinekaan.

Ajaran Samin identik dengan kejujuran dan paseduluran atau persaudaraan. Konsep paseduluran tidak memandang ras, suku dan agama.

Mereka merasa sebagai sesama makhluk sosial yang diciptakan Yang Maha Kuasa, yang bersosial sesama manusia, dan alam seisinya.

Peneliti Samin dari Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Kudus, Jawa Tengah, Mohammad Rosyid mengatakan bahwa warga Samin mulai menyesuaikan perilaku hidup dengan kondisi zaman.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com