Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Air Danau Singkarak Menghitam

Kompas.com - 15/12/2016, 16:54 WIB

TANAH DATAR, KOMPAS — Air Danau Singkarak yang terletak di Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Solok berubah menjadi hitam sejak lima hari lalu. Penyebabnya diduga arus konveksi yang membawa serta endapan lumpur di dasar danau.

Akibat kejadian itu, sejumlah ikan endemik di danau terbesar di Sumatera Barat itu banyak yang naik ke permukaan.

Zulfitra (32), warga Tanjung Mutiara, Nagari Batu Taba, Kecamatan Batipuh Selatan, Tanah Datar, Rabu (14/12/2016) siang, mengatakan, air Danau Singkarak menghitam sejak Sabtu (10/12) malam dimulai dari kawasan Malalo. Setelah itu, kejadian meluas ke Batutaba, Ombilin, dan kawasan lain.

"Perubahan paling mencolok adalah air danau yang biasanya bening menjadi hitam. Setelah itu, ikan muncul ke permukaan," kata Zulfitra.

Selain bilih, ungkap Zulfitra, ikan endemik Danau Singkarak yang muncul ke permukaan, antara lain ikan kapiek, balingka, sasau, baung, tilan, dan buntal.

"Jumlah ikan yang muncul ke permukaan sangat banyak. Sejak awal, begitu mengetahui banyak ikan warga beramai-ramai datang ke tepi danau dan mengumpulkan ikan. Ada yang bisa dapat satu karung saking banyaknya," kata Zulfitra.

Danau Singkarak merupakan danau terbesar di Sumatera Barat dan terbesar kedua di Sumatera setelah Toba di Sumatera Utara. Danau ini terletak sekitar 78 kilometer arah timur Padang. Danau yang terbentuk akibat proses tektonik dari sesar-sesar di sekitarnya itu memiliki luas 130 kilometer persegi dan kedalaman 268 meter.

Berdasarkan pantauan, hingga Rabu sore air, Danau Singkarak masih berwarna hitam hampir di seluruh danau. Kondisi sama juga terjadi di Kabupaten Solok, seperti di Nagari Kacang, Kecamatan X Koto Singkarak. Saat dilihat dari jarak lebih dekat, ada lumpur warna hitam bercampur dengan air. Tidak ada aroma belerang seperti saat kejadian kematian ikan massal di Danau Maninjau, beberapa waktu lalu.

Ikan endemik yang muncul ke permukaan Danau Singkarak pada Rabu siang tidak terlihat lagi. Hanya bangkai ikan buntal yang masih berada di beberapa titik danau dalam jumlah tidak banyak. Menurut warga, ikan bilih dan ikan lainnya muncul lagi ke permukaan pada sore hingga malam hari.

Di Nagari Kacang, beberapa warga turun ke danau sambil membawa tangguk, alat tangkap ikan tradisional.

Ketua Badan Pengelolaan Kawasan Danau Singkarak Jasman menambahkan, perubahan warna air menjadi hitam terjadi setiap tahun. Dampaknya juga sama, ikan danau muncul ke permukaan dalam kondisi yang menurut masyarakat disebut bangai atau stres.

"Sebelumnya terjadi cuaca ekstrem berupa hujan deras selama 15 hari berturut-turut. Hari Sabtu kemarin air danau menjadi hitam hingga Rabu ini," kata Jasman.

Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Sumbar Ade Edward menjelaskan, perubahan warna air Singkarak terjadi karena adanya arus konveksi. Arus itu dipicu perubahan temperatur secara tiba-tiba dan faktor kecepatan angin di permukaan danau. Arus konveksi ini menimbulkan gerakan air lapisan permukaan menuju bawah dan air lapisan bawah bergerak ke atas.

Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Sumbar Asrizal Asnan mengatakan, Kamis ini akan ada pertemuan masyarakat di kawasan Singkarak dengan dinas terkait di Solok. Tim provinsi siap diturunkan jika ada yang harus diantisipasi terkait perubahan warna air Singkarak. (zak)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 15 Desember 2016, di halaman 23 dengan judul "Air Danau Singkarak Menghitam".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com