Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

33 Tahun Kasiyah Cari Berkah dari Sampah

Kompas.com - 30/11/2016, 10:40 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Seorang perempuan berjilbab hitam terlihat mengusap keringat sambil meneguk air putih dari botol mineral. Dia kemudian memilah kantong plastik dan dimasukkan ke dalam karung besar.

Kasiyah, begitulah nama. Ia sudah puluhan tahun bekerja sebagai pemulung di tempat pembuangan sampah akhir di lingkungan Bulusan, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Sejak menikah pada usia 13 tahun, hari-harinya tidak pernah lepas dari sampah.

"Saya ini kelahiran tahun 1970 dan nikah muda usia 13 tahun. Kalau dihitung ya sudah 33 tahun kerja jadi pemulung. Lama juga ternyata," kata Kasiyah kepada Kompas.com, Rabu (30/11/2016).

Di atas tumpukan sampah, Kasiyah bersama 46 orang rekannya mengumpulkan kantong plastik yang dihargai Rp 500.000 per kilogram. Mereka juga mencari botol plastik bekas atau gelas air mineral yang dihargai Rp 1.800 per kg.

Saban hari, ibu dua anak itu berangkat dari rumahnya di belakang tempat pembuangan sampah antara pukul 07.00 dan 08.00 WIB. Pekerjaannya berakhir pada siang hari. Namun, ada kalanya dia melanjutkan sampai sore hari agar bisa mengumpulkan plastik lebih banyak.

"Tapi sudah jarang sampai sore, enggak kuat tenaganya. Apalagi kalau sudah naik ke sini, tumpukan sampahnya kan sudah tinggi. Ada kalau 30 meter," kata Kasiyah.

Meski setiap hari bergelut dengan sampah, ia mengaku tempatnya bekerja tidak terlalu mengeluarkan bau busuk menyengat. Itu karena di atas sampah sudah dilapisi dengan tanah dan begitu seterusnya hingga tumpukan meninggi.

Mobil pengangkut sampah rutin akan datang antara pagi sampai pukul 11.00 WIB. Sampah plastik yang dikumpulkan biasanya akan disetorkan kepada pengepul setiap 2 minggu sekali. Dari situ ia bisa mendapatkan uang tunai rata-rata Rp 300.000.

"Semakin rajin ya semakin banyak uangnya, tapi ya enggk kuat tenaganya," ujarnya.

Bukan hanya sampah plastik yang dikumpulkan. Kasiyah juga mengais sampah pasar, seperti bonggol jagung, sayur, dan buah busuk untuk makan ternak mereka di rumah.

Jika menemukan buah-buahan yang masih layak konsumsi biasanya akan disisihkan untuk dibawa pulang dan dicuci sebelum dikonsumsi sendiri.

"Ada temen saya kalau ada makanan yang masih bagus ya dimakan saja. Tapi alhamdulilah, di sini enggak ada yang namanya sakit parah. Sehat semua walau kumpul sama sampah," ungkapnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com