Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pesulap Abu Marlo Berbagi Pengalaman Wirausaha ke Akademisi dari 6 Negara

Kompas.com - 24/11/2016, 18:40 WIB
Putra Prima Perdana

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com - Pesulap Abu Marlo ditunjuk menjadi pembicara oleh Universitas Parahyangan Bandung untuk memberikan pelatihan wirausaha kepada 20 alumni Maastricht School of Management (MSM) Belanda di kafe Marlo Kitchen, Jalan Tamblong, Kota Bandung, Kamis (24/11/2016).

Ke-20 akademisi yang datang ke Bandung itu mengikuti seminar bertajuk Refresher Course Entrepreneur itu berasal dari 6 negara, yakni Bhutan, India, Nepal, Filipina, Srilanka dan Vietnam.

"Mereka ke Bandung untuk riset dan mencari inspirasi untuk mengembangkan entrepreneurship di negara masing-masing," kata Abu seusai seminar, Kamis sore.

Abu mengatakan, jumlah wirausahawan di enam negara tersebut terbilang kecil. Jauh bawah Indonesia yang hanya 1,4 persen dari 250 juta jiwa penduduk Indonesia.

"Hasil penelitian saya, entrepreneur di Indonesia hanya 1,4 persen dari 250 juta sekian (penduduk). Itu kecil banget. Tapi mereka (6 negara) melihat angka itu kaget. Mereka lebih kecil lagi. Di negara ini enterpreneur-nya kecil banget karena mereka worker people, mereka mikirnya gimana kerja," ungkapnya.

Dalam pelatihan tersebut, Abu memberikan salah satu pengalaman suksesnya dalam mempromosikan sebuah produk melalui Magic Marketing.

Pesulap yang sukses di salah satu ajang pencarian bakat ini mengklaim dengan strategi Magic Marketing lebih efektif dalam segi penjualan ketimbang memanfaatkan jasa sales promotion girl (SPG) ataupun sales promotion boy (SPB).

"Penelitian saya, metode yang biasa dilakukan lewat SPG atau SPB cuma mengingat di otak manusia tiga hari maksimal. Dengan magic, masuk ke amigdala dan mengingatkan orang bisa bertahan lebih dari satu minggu menurut market analysis," ungkapnya.

Selain itu, Abu juga memberikan tiga kiat sukses menjadi wirausahawan. Yang pertama adalah memiliki passion.

"(Pada) 2010 saya buka riset 90 persen anak SMA itu salah memilih jurusan kuliah. Artinya 90 persen orang melakukan tanpa passion," ujarnya.

Kemudian, Abu menilai sistem pembelajaran di perguruan tinggi saat ini terlalu banyak teori.

"Banyak teori yang berulang-ulang. Ngambil teorinya juga dari luar negeri. Jadi kuliahnya di Indonesia, case study di Amerika, kan, enggak nyambung. Makanya seharusnya back to action ke kearifan lokal," ucapnya.

Terakhir, wirausaha harus memiliki kecerdasan spiritual yang mengharuskan jiwa sosialnya meningkat.

"Jangan jadi entrepreneur banyak uang, serakah, tamak, greedy, itu bukan entrepreneur," tuturnya.

Dia berharap, pelatihan tersebut memberikan hasil positif untuk meningkatkan jumlah wirausahawan di enam negara peserta.

"Mereka yang memiliki gelar-gelar profesor bisa mencari inspirasi agar gimana anak muda di negaranya mau jadi entrepreneur," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com