Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meski Dirazia, Prostitusi Terselubung di Pasar Janti Terus Beroperasi

Kompas.com - 10/11/2016, 06:01 WIB
Muhlis Al Alawi

Penulis

PONOROGO, KOMPAS.com - Sehari setelah digerebek puluhan anggota Satuan Polisi Pamong Praja Ponorogo, tempat prostitusi terselubung di Pasar Janti, Kecamatan Babadan, Ponorogo, masih terus beroperasi.

Penjaja dan pencari kenikmatan seks masih dijumpai di puluhan warung kopi di pasar tersebut, Rabu (9/11/2016).

Meski berulangkali dirazia, tempat esek-esek di Pasar Janti makin ramai dicari pelanggan lantaran lokalisasi prostitusi terbesar di Ponorogo, yakni di Kedung Banteng, Kecamatan Sukorejo, sudah ditutup Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa sejak April 2016 lalu.

Sehari setelah dirazia, pengunjung di pasar Janti tak surut. Kendaraan bermotor keluar masuk ke pasar tersebut.

Pasar yang berada sekitar 10 kilometer dari Kota Ponorogo itu memang tak terlihat seperti lokasi prostitusi. Ada kios-kios berderet di pinggir jalan, dari penjual sembako, tempat jahit hingga warung makan.

Namun begitu masuk ke pasar, banyak dijumpai kios-kios bangunan tua berukuran 4 x 5 meter berdempetan. Setiap kios menjajakan aneka minuman, rokok dan makanan ringan.

Begitu masuk ke dalam kios, akan ditemui perempuan berdandan menor yang menanyakan pesanan minuman. Setelah tamu duduk minum, biasanya dia akan memilih salah satu perempuan kesukaannya.

Aktivitas prostitusi di pasar Janti hanya berlangsung dari pagi hingga sore hari. Malam harinya, kios itu tutup. Alasan keamanan menjadi pilihan pemilik warung menutup usahanya pada malam hari.

"Kalau malam hari kami tidak akan mengetahui kondisi tamu yang datang apa dalam keadaan mabuk atau sebaliknya. Tetapi kalau siang kami bisa memantau gerak-gerik para tamu yang datang," ujar salah satu pemilik warung kopi yang meminta tidak disebut namanya kepada Kompas.com, Rabu ( 9/11/2016).

Pria setengah baya itu menyebutkan setidaknya 20 warkop memiliki pekerja seks komersial. Rata-rata setiap warkop tiga hingga lima PSK.

Untuk sekali kencan, pelanggan biasa membayar Rp 75.000 hingga Rp 100.000.

"Untuk tempat main masing-masing warung kopi memiliki kamar khusus," ujarnya.

Murahnya tarif PSK di pasar itu lantaran rata-rata usia PSK di atas 35 tahun. Selain itu, pelanggan yang datang berlatar belakang pekerja berpenghasilan kecil.

"Kalau dipatok harga tinggi nanti nggak laku," katanya.

Menurut pria itu, prostitusi di pasar Janti sudah berlangsung puluhan tahun. Ia menyatakan saat membuka usaha prostitusi berkedok warkop tahun 1997, para PSK sudah menjajakan diri di pasar Janti.

Soal razia yang digelar Satpol PP, pria itu menuturkan mereka hanya mendata para PSK yang beroperasi di sini. Beberapa PSK yang diwawancara mengaku kebanyakan berasal dari luar Ponorogo seperti Sragen, Wonogiri, Madiun hingga Solo.

Bila tidak bekerja, mereka tinggal di kos yang tidak jauh dari pasar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com