Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Elpiji "Melon" Sulit Didapat, Warga Kurangi Makan dan Mandi

Kompas.com - 25/10/2016, 16:14 WIB

UNGARAN, KOMPAS.com - Kelangkaan gas ukuran tiga kilogram kembali terjadi di Kabupaten Semarang. Di sejumlah wilayah seperti di Kecamatan Banyubiru, Pringapus, Ungaran Timur, Ungaran Barat dan Bergas, kelangkaan gas melon ini bahkan sudah berlangsung sejak dua bulan terakhir.

"Sebenarnya dalam setahun bisa beberapa kali musim langka gas. Tapi dua bulan ini paling sering," kata Dina Kamalia Muhammad (32), warga Kebonwage, Kebumen, Kecamatan Banyubiru, kepada Kompas.com, Selasa (25/11/2016) siang.

Akibat kelangkaan ini, Dina harus memutar otak agar urusan dapur tetap lancar. Ia mencari bahan bakar alternatif, seperti kayu bakar, hingga memilih membeli lauk-pauk di warung. Hal ini membuat pengeluarannya membengkak.

"Kalau nyari di lokasi kelurahan sekitar tidak ada, terpaksa bikin pawon (dapur) dadakan dari batako, cari kayu. Kalau tidak ada kayu, lauk kadang beli matang di desa," kata dia.

Sejumlah pemilik warung di desanya juga punya masalah yang sama. Mereka sulit mendapatkan gas elpiji 3 kilogram.

Menurut Dina, banyak warung yang tutup karena tidak memiliki gas. Mereka terpaksa mencari gas di desa-desa lain yang agak jauh.

"Jadi sering makan mi instan sama telur karena lebih cepat matangnya dan irit bahan bakar," kata dia.

Dina dan suaminya mengaku akhir-akhir ini sering mencari gas hingga ke desa-desa yang lebih jauh lagi.

Bagi mereka, gas "melon" ini sesuatu yang sangat vital, apalagi mereka mempunyai seorang anak yang masih berusia balita.

"Kalau semua tidak ada, ya kurangi makan dan kurangi mandiin anak. Kadang anakku mandi dua hari sekali. Sini kan daerah dingin, jadi harus pakai air hangat," ujarnya.

Selain langka, harga gas tersebut juga naik. Ketika gas sulit didapatkan, warga terpaksa membeli dengan harga Rp 23.000 per tabung.

"Terakhir saya beli Rp 20.000, padahal kan harga jual resmi Rp 15.500," kata dia.

Hal serupa juga dialami oleh Aan Nakman. Warga desa Sepakung, Kecamatan Banyibiru, itu mengungkapkan bahwa kelangkaan gas "melon" sudah terjadi sejak dua pekan. Ia terakhir kali membeli gas "melon" seharga Rp 22.000.

Ratih Kurniawati, warga Setinggen, Kelurahan Wujil, Kecamatan Bergas, mengaku sudah mendatangi empat warung, tetapi tak satu pun yang mempunyai stok elpiji.

Kondisi yang sama dialami warga Desa Kalisidi di Ungaran Barat; Klepu di Pringapus; Dusun Sipete, Kalongan di Ungaran Timur; serta Dusun Topogunung, Desa Kalongan, Ungaran Timur.

Farid, warga Topogunung, mengatakan bahwa kelangkaan gas elpiji sudah berlangsung sejak dua bulan lalu.

"Warung kosong semua, kalau ngisi harus ke Pasar Ungaran. Kasihan ibu rumah tangga seperti saya yang tidak bisa naik sepeda motor," ujarnya.

Kepala Dinas Koperasi UMKM dan Perindustrian Perdagagangan Kabupaten Semarang Nasir mengaku belum mendapatkan laporan soal kelangkaan gas ini. Ia berjanji akan meneruskan informasi ini ke Pertamina.

"Segera saya laporkan ke Pertamina untuk dipenuhi daerah yang diinformasikan tadi," kata Nasir. (Syahrul Munir)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com