KOMPAS.com - Kepala Pusat data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho menilai minimnya sistem peringatan dini banjir di daerah aliran sungai (DAS) Cimanuk telah memperparah dampak bencana.
"Sistem peringatan dini di Cimanuk belum serapat seperti yang ada di DAS Citarum-DKI Jakarta, pemetaan detail juga masih skala kecil sehingga untuk memberikan peringatan cukup sulit. Kemarin memang masyarakat, ketika terjadi banjir bandang, tidak ada semacam peringatan dini seperti halnya sungai yang di Ciliwung," kata Sutopo seperti ditayangkan BBC Indonesia, Senin (26/9/2016).
"Ketika di hulu (Ciliwung) siaga 1, artinya ada potensi banjir, maka 11 jam kemudian wilayah Jakarta akan banjir, maka masih bisa mengevakuasi. Di Garut kemarin sangat cepat sekali, selain curah hujannya lebat sekali, dan antara Garut dengan hulu (jaraknya) sangat pendek. Garut termasuk hulu," tambahnya.
Banjir bandang dan longsor yang terjadi di Garut, Selasa (20/9/2016), dipicu hujan deras dan curah hujan tinggi sehingga menyebabkan debit Sungai Cimanuk dan Sungai Cikamuri naik secara cepat.
BNPB juga melaporkan longsor terjadi lagi di Banjarnegara, Jawa Tengah, dan mengenai rumah berisi sembilan orang serta menewaskan satu orang.