Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tuntut Kompensasi, Puluhan Nelayan Nekat Masuk Kapal Produksi Timah

Kompas.com - 10/09/2016, 21:21 WIB
Heru Dahnur

Penulis

PANGKALPINANG, KOMPAS.com - Puluhan nelayan di daerah Belinyu, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, menolak keberadaan kapal isap produksi (KIP) timah di sepanjang perairan laut Air Kantung Sungailiat.

Operasional kapal, selain dinilai merusak lingkungan, juga dianggap tidak memberikan kontribusi bagi masyarakat nelayan setempat.

Aksi para nelayan yang mendatangi KIP menggunakan dua perahu motor mendapat pengawalan ketat aparat keamanan dari kepolisian dan TNI Angkatan Laut.

Nelayan yang tergabung dalam Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Bangka, nekat mendatangi kapal secara langsung karena imbauan tertulis yang dilayangkan sebelumnya tidak diindahkan. 

Kondisi ricuh nyaris terjadi saat para nelayan bertemu dengan para pekerja tambang di atas kapal. Sampai akhirnya negosiasi dilakukan. Nelayan meminta operasional kapal dihentikan sementara. 

Ketua HNSI Bangka, Ridwan, mengatakan, aktivitas KIP telah merusak lingkungan sehingga mengurangi hasil tangkapan ikan para nelayan. Selain itu, KIP tidak memiliki kontribusi kepada masyarakat setempat.

“Dari catatan kami bahkan sudah ada 3 korban jiwa karena kecelakaan kerja di kapal isap ini,” kata Ridwan, Sabtu (10/9/2016).

Dikatakan, aksi damai di darat telah dilakukan beberapa kali terkait operasional KIP timah. Namun sejauh ini belum ada respon dari pihak pengelola kapal.

Nelayan meminta pihak pengelola kapal isap menentukan batas penambangan di laut serta memberikan kompensasi terhadap masyarakat sekitar karena wilayah laut terpakai untuk penambangan.

Kordinator Pekerja KIP, Timo mengklaim, operasional kapal telah sesuai prosedur seperti yang ditentukan PT Timah selaku mitra untuk tambang wilayah lepas pantai. Perusahaan kata Timo, juga telah menyalurkan beberapa kali bantuan kepada masyarakat.  

“Kalau disuruh berhenti tidak bisa pak. Kami harus lapor dulu pada pimpinan perusahaan. Bapak datang ke kapal ini tidak bisa langsung bilang sepakat,” kata Timo di hadapan para nelayan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com