Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meniupkan Lagi Ruh Kota Lama Semarang

Kompas.com - 25/07/2016, 14:01 WIB

KOMPAS - Spiegel Bar & Bistro, petang hari. Cahaya oranye kemerahan menelusup celah-celah bangunan di kawasan yang dikenal sebagai kawasan Kota Lama di Semarang, Jawa Tengah. Diiringi lantunan instrumen gitar Spanyol, sepasang remaja menikmati koktail.

"Serasa di Eropa. Klasik dan romantis," ucap Sisca (21), mahasiswi semester akhir sebuah universitas swasta di Semarang, Jawa Tengah, pertengahan Juni. Hendrik (22), pasangannya, menimpali, "Bangunannya adem. Pemandangannya keren."

Suasana kafe yang oleh sementara anak muda disebut cozy ini tak terbayang hadir di antara bangunan tua Kota Lama. Selama bertahun-tahun, distrik kuno di jantung Kota Semarang ini identik dengan kekumuhan, kegelapan, kriminalitas, pelacuran. Sebersit perubahan ini ditiupkan jiwa-jiwa bernyali, yang berani berinvestasi.

Di antara mereka sebutlah Shita Devi Kusumastuti (27), Handoko (saat tulisan ini ditulis telah almarhum), dan Chris Darmawan (52). Mereka ini sebagian dari sosok-sosok yang berani mengucurkan modal tak sedikit di Kota Lama. Selain tentunya sedikit "kegilaan", mengingat saat membuka usaha, kawasan itu masih gelap dan seram. Tidak seperti saat ini, bertabur kerlip lampu dan semarak hiburan.

Shita dan keluarga, misalnya, membeli sebuah bekas gudang, bangunan tahun 1895, yang kini dirombak menjadi Spiegel Bar & Bistro. Bangunan ini terletak di Jalan Letjen Suprapto, yang dulunya bernama Heeren Straat atau Jalan Toean-Toean Besar. Bangunan yang dibelinya berupa gedung dua lantai.

Semula, Shita bingung apa yang harus diperbuat dengan bangunan ini. Sekelilingnya kumuh dan banyak pedagang liar. Selain itu, para pekerja seks dan pemulung bergerobak berkeliaran di malam hari.

Setelah banyak berdiskusi, Shita yang juga arsitek memutuskan mendirikan restoran bernuansa Eropa kontemporer. Pada 2014, bangunan yang dibeli ratusan juta rupiah itu direnovasi dengan biaya mencapai Rp 3 miliar. Shita memberikan sentuhan Barat untuk restorannya.

Cermin masa lalu

Bar atau tempat pelayanan minuman berada di tengah ruang berupa island. Bar dikelilingi kursi-kursi tinggi. Lampu dibuat berwarna kuning lembut menambah hangat atmosfer restoran.

Langit-langitnya yang tinggi memberikan suasana khas, yang sulit didapat di kafe-kafe modern. Mezzanine atau lantai perantara di sekeliling ruang memberikan suasana akrab. Tepat sekali jika Spiegel, nama si empunya gedung ini dulu, tetap dipertahankan menjadi nama kafe. Dalam bahasa Jerman, Spiegel berarti cermin. Spiegel Bar & Bistro menjadi cermin masa lalu dalam modernitas dunia hiburan kontemporer.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com