Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bikin Video Kontroversi Borobudur, "Red Bull" Minta Maaf Secara Terbuka

Kompas.com - 02/07/2016, 14:59 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis

MAGELANG, KOMPAS.com - Perusahaan minuman energi "Red Bull" akhirnya menyampaikan permohonan maaf kepada rakyat Indonesia terkait aksi parkour atau free running yang dilakukan salah satu atletnya di Candi Borobudur, Maret lalu.

Permintaan maaf itu disampaikan melalui surat terbuka yang diterbitkan di beberapa media cetak nasional dan lokal selama tiga hari sejak 29 Juni - 1 Juli 2016.

Kepala Balai Konservasi Borobudur (BKB) Marsis Sutopo menyambut baik permintaan maaf perusahaan minuman berenergi itu.

Hal itu menunjukkan Red Bull menyadari jika aksi salah satu atletnya telah mencederai upaya pelestarian cagar budaya peninggalan nenek moyang bangsa Indonesia.

"Candi Borobudur itu bukan hanya milik BKB, tetapi milik seluruh rakyat Indonesia, sehingga permintaan maaf itu memang sepantasnya ditujukan kepada rakyat Indonesia," kata Marsis, Sabtu (2/7/2016).

Marsis tidak mempermasalahkan meski permohonan maaf itu baru disampaikan beberapa bulan setelah kejadian.

Sebab, teguran kepada perusahaan yang berbasis di Austria itu juga melalui proses dan birokrasi yang tidak singkat.

"Kami melakukan protes melalui akun facebook Red Bull setelah video itu ditayangkan dan menjadi perbincangan publik di media sosial. Kami kemudian melakukan penyelidikan yang hasilnya dilaporkan ke pusat (Dirjen Kebudayaan Kemendikbud). Pusat yang melakukan protes dan menegur resmi ke pihak Red Bull," papar Marsis.

Marsis menyebut, aksi parkour di candi Borobudur dinilai telah melanggar UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.

Undang-undang itu menyebutkan bahwa setiap orang dilarang merusak cagar budaya, baik seluruh maupun bagian-bagiannya, dari kesatuan, kelompok, dan/atau dari letak asal.

Adanya kejadian tersebut, lanjut Marsis, menjadi pelajaran bagi semua pihak agar tidak berbuat semaunya di situs warisan dunia dan tempat yang disakralkan oleh umat Buddha itu.

"Bagaimana pun juga kita harus menghargai dan menghormati candi Borobudur sebagai karya luhur nenek moyang bangsa Indonesia yang sudah diakui sebagai warisan budaya dunia serta bangunan suci bagi umat Buddha," tamba dia.

Marsis kembali menegaskan bahwa pemanfaatan candi Borobudur harus sejalan dengan upaya-upaya pelestarian, baik wujud fisik maupun nilai yang terkandung di dalamnya.

Sebelumnya, sebuah video yang diduga iklan minuman berenergi "Red Bull" ramai dibicarakan netizen dan warga Borobudur karena mempertontonkan aksi-aksi melompat, memanjat hingga menginjak dinding stupa candi Borobudur.

Aksi yang diperankan seorang atlet parkour internasional itu dinilai telah merendahkan situs seindah dan sesakral Candi Borobudur.

Video yang diunggah akun Facebook Red Bull pada Kamis (17/3/2016) malam itu sempat dilihat oleh lebih dari 18.000 pemirsa.

Hanya saja, setelah menuai kecaman netizen, video dengan setting Candi Borobudur dan Hotel Manohara itu hilang dari laman Facebook Red Bull. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com