Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menjejaki Petilasan Multatuli

Kompas.com - 30/06/2016, 10:14 WIB

KOMPAS - Natal, ibu kota Kecamatan Natal, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara, pada senja sebelum gelap menjemput malam, akhir April yang lalu. Natal tidak beda dengan kota-kota lama di sepanjang Pantai Barat Sumatera Utara. Menyimpan kisah besar, melapuk, dan sedang menggeliat membangun peradaban baru.

Mengunjungi Natal, salah satu kota yang pernah dijejaki Eduard Douwes Dekker (1820-1877)-kota pertama tempat tinggalnya di Hindia Belanda pada tahun 1842 sebagai Kontrolir (satu tingkat di bawah Asisten Residen)-tidak rugi-rugi amat.

Ironisnya, jasa Douwes Dekker dengan nama pena Multatuli, artinya "aku telah banyak menderita"-kecuali di salah satu jalan di kota Natal, tidak ditabalkan di sepotong jalan pun di Indonesia. Padahal, di Amsterdam ada jalan bernama Multatuli Strasse.

Nama kota Natal kalah pamor dengan buku Max Havelaar, karya monumental Douwes Dekker yang ditulisnya selama 6 bulan di rumah kecil di Jerman terbit pertama tahun 1859.

Buku itu menghebohkan. Pemerintah Belanda merasa ditelanjangi.

Buku itu menjadi salah satu topik pembahasan khusus dalam Tweede Kamer tahun 1860, di samping topik pemberian beasiswa bagi Willem Iskander (1840-1876), seorang inspirator ide kebangsaan lewat Kweekschool Tanobato (1862-1874), Panyabungan, Mandailing Natal sekarang, dulu namanya Mandailing Angkola.

Kini di kota Pantai Barat Sumatera itu-perjalanan darat dari Sibolga selama 8 jam dengan kendaraan sendiri, sebentar istirahat makan siang di Jembatan Merah, Panyabungan dengan kopi tangkarnya yang terkenal-semakin habis petilasan Douwes Dekker.

Selain kantor Douwes Dekker yang masih bisa ditinggali, sumur yang konon digali sendiri oleh Douwes Dekker di belakangnya, bekas benteng pertahanan yang terkikis di bibir pantai, dua bekas menara pengintai dan bekas gudang uang, tidak ada lagi sisa-sisa kebesaran Natal dan Douwes Dekker.

Mungkin selain Sumur Multatuli, petilasan yang menonjol tinggal sebuah gubuk reyot di samping sumur. Rumah itu tempat tinggal Douwes Dekker selama bertugas di Natal.

Rumah berukuran sekitar 4 meter x 2,5 meter itu beratap seng, dindingnya papan, ruang dalamnya berantakan. Tentu ini bukan rumah asli. Sebab, ada bekas fondasi yang ditandai dengan empat tiang fondasi semen dengan ukuran lebih lebar. "Rumah ini dulu ditempati Douwes Dekker, pernah ditempati orang, tetapi dibiarkan rusak, tidak ada yang bertanggung jawab," kata Erna (60), ibu rumah tangga yang menempati rumah di depan gubuk Douwes Dekker.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com