Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bayi "Hydrocephalus" Gagal Dirujuk karena Orangtua Tak Punya Biaya

Kompas.com - 10/06/2016, 03:32 WIB
Syarifudin

Penulis

BIMA, KOMPAS.com - Air mata Misbah seketika mengalir ketika sejumlah wartawan menemuinya di ruang Unit Gawat Darurat RSUD Bima, Nusa Tenggara Barat, Kamis (9/6/2016).

Wanita berusia 42 tahun asal Desa Rupe, Kecamatan Langgudu, Bima, itu menatap iba sang buah hatinya, Muhammad Wildan, yang terbaring tanpa baju di atas ranjang.

Bayi malang hasil pernikahannya dengan Abdullah itu divonis menderita penyakit hydrocephalus oleh dokter sejak usianya masih hitungan minggu.

Kepala Wildan membengkak sebesar bola basket akibat gangguan aliran cairan di dalam otak. Gangguan itu menyebabkan cairan tersebut bertambah banyak dan berisiko menekan jaringan otak di sekitarnya, khususnya pusat-pusat saraf yang vital.

Semakin hari, cairan di kepala Wildan bertambah banyak. Bayi mungil berusia 6 bulan itu tak henti-hentinya menangis, menahan rasa sakit luar biasa.

Ketika hendak diajak bicara oleh wartawan, Misbah tak kuasa bertutur kata. Perlahan, air matanya membasahi pipi tanpa bisa ditahan.

Kesedihannya tak terbendung karena sudah 10 hari terakhir Wildan belum menunjukkan tanda-tanda membaik.

Sang ayah, Abdullah, menuturkan, anak keduanya ini lahir dengan jalan operasi karena kondisi istrinya sangat lemah waktu itu.

Seusai kelahiran, hari-hari Wildan awalnya biasa saja, tidak ada tanda-tanda kelainan.

Memasuki usia satu bulan ke atas, gejala pembengkakan pada kepada anaknya mulai terlihat. Ketika itu, Wildan mulai sering menangis pada malam hari karena kesakitan.

Bermodal kartu berobat Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dari pemerintah, Abdullah yang bekerja serabutan ini beberapa kali memeriksakan kondisi Wildan ke dokter dan rumah sakit.

"Saya sudah tidak ingat berapa kali membawa Wildan ke dokter dan rumah sakit. Dalam minggu ini saja sudah 3 sampai 4 kali," tutur Abdullah.

Kini kondisi Wildan kian memburuk. Hasil pemeriksaan terakhir, Wildan harus dirujuk ke Rumah Sakit Sanglah, Denpasar. Ia harus dioperasi untuk mengeluarkan cairan dalam kepalanya.

Apa hendak dikata, Misbah dan Abdullah tergolong warga miskin. Mereka tak memiliki biaya untuk berobat lanjut ke Denpasar. Upaya membawa Wildan ke Bali tidak lagi terpenuhi.

"Wildan sudah dua kali dibawa ke Bali, sekarang untuk ketiga kalinya diminta lagi dirujuk. Kami sudah tidak punya biaya apa-apa lagi karena habis pengobatan sebelumnya," kata Abdullah.

Kini suami-istri tersbeut hanya bisa pasrah dan berharap mukjizat dari Tuhan untuk kesembuhan Wildan. Abdullah akan sangat bersyukur bila ada dermawan yang bermurah hati mau membantu biaya pengobatan anaknya.

"Kami pasrah dan berserah diri kalau Allah berkehendak untuk mengambil nyawa Wildan karena sudah berusaha maksimal untuk kesembuhannya," ujar Abdullah tak kuasa menahan sedih.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com