Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bripka Seladi Memilih Memulung untuk Menghidupi Keluarga

Kompas.com - 19/05/2016, 16:26 WIB

Oleh Dahlia Irawati

KOMPAS.com - ”Pak, ini sebagai ucapan terima kasih saya atas bimbingannya,” ujar seorang pemohon SIM A dengan halus sambil menyodorkan amplop kepada Brigadir Kepala Seladi, penguji praktik SIM A di Kepolisian Resor Malang Kota. Dengan halus, petugas paruh baya itu menolak pemberian dengan kalimat ”sudah tugasnya dan tidak bisa menerimanya”.

”Kalau begitu, biarkan saya membelikan secangkir kopi saja untuk Bapak,” ujar si pemohon SIM dengan niat membalas kebaikan dan keramahan Seladi.

Sekali lagi, ia menolaknya dengan alasan sedang bertugas. Seladi merasa itu sudah kewajibannya. Ia tak ingin nantinya secangkir kopi itu justru akan dikaitkan dengan urusan SIM.

Mereka yang ingin memberikan imbalan kepada Seladi akhirnya mengurungkan niat. Para pemohon SIM justru respek terhadap petugas paruh baya itu.

Godaan seperti itu telah dialami Seladi selama 16 tahun bertugas menjadi penguji SIM A di Polres Malang Kota. Padahal, jika mau, Seladi sangat mungkin memanfaatkan kedekatan dengan pemohon SIM untuk ”mengutip” sekeping demi sekeping keuntungan.

Namun, peluang itu tidak dimanfaatkannya. Seladi justru dengan sabar mengajari mereka yang gagal ujian agar ketika minggu depan kembali diuji bisa lulus mendapatkan SIM.

”Saya mengajari mereka murni agar mereka bisa dan lolos mendapatkan SIM. Bukan untuk agar bisa mendapat untung. Kasihan karena mereka sangat membutuhkan SIM itu,” ujar Seladi, Selasa (17/5/2016).

Tidak gelap mata

Bergelut di ”lahan basah” yang dekat dengan potensi suap tidak menjadikan Seladi gelap mata. Ia tetap bekerja dengan jujur meski kondisi ekonominya kembang-kempis untuk membiayai hidup istri, tiga anaknya, dan membayar cicilan bank.

Seladi tetap saja taat aturan. Ia tidak menggunakan kesempatan itu untuk mengutip uang. Padahal, saat itu ia tengah terbelit utang di bank untuk modal usaha yang nilainya mencapai ratusan juta rupiah. Modal itu digunakan untuk berjualan bensin eceran.

Usahanya kandas karena terbakar, tetapi Seladi tidak menyerah. Ia lalu banting setir bisnis sepatu, mebel, hingga barang elektronik. Namun, kembali nasib belum berpihak kepadanya. Bisnis elektronik kandas karena ditipu rekannya.

Nilai bisnis elektronik yang ditipu temannya mencapai sekitar Rp 125 juta, yang didapat dari pinjaman. Pinjaman itu sampai saat ini masih harus dicicil. Kalau tidak salah, tinggal satu atau dua kali angsuran.

Meski dirugikan, Seladi tidak ingin menggunakan profesinya sebagai polisi menuntut temannya. Ia merasa usahanya itu mungkin bukan rezekinya.

”Mungkin saya diingatkan oleh Tuhan bahwa rezeki di jalur itu bukan hak saya. Ya ini, sekarang rezeki saya dari sampah. Meski kelihatannya buruk, rezeki dari sini halal dan sama sekali tidak merugikan orang lain,” kata suami Ngatiani ini.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com