Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jual Rumah demi Obati 3 Anaknya yang Cacat, Erni Kini Tinggal di Gubuk Reyot

Kompas.com - 04/05/2016, 09:09 WIB
Syarifudin

Penulis

BIMA, KOMPAS.com - Seorang ibu, Erni Johan, warga Dusun Sarita, Desa Punti, Kecamatan Soromandi, Kabupaten Bima, rela menjual rumah demi merawat tiga anaknya yang mengalami cacat fisik.

Ketiga anaknya masing-masing Faisal (22), Junaidin (18), dan Yudin (16). Mereka diduga mengalami cacat fisik sejak lahir akibat polio, sehingga sulit berjalan.

Ibu yang berumur 34 tahun ini begitu putus asa untuk merawat anaknya yang sudah puluhan tahun terbaring di rumah gubuk tua berukuran 3x5 meter. Rumah Erni berdinding bambu dan beralaskan kasur yang sudah kusut.

Krisis keuangannya makin parah setelah berpisah dengan suaminya, Ahmad (50) sejak 15 tahun yang silam. Karena keterbatasan dana, Ia terpaksa menjual hartanya untuk membiayai pengobatan anak-anaknya yang mengalami kelainan fisik.

“Dulu, rumah yang saya tempati sudah saya jual untuk membiayai pengobatan anak,” kata Erni saat ditemui Kompas.com, Sabtu (4/5/2016).

Warga RT 01/RW 02 itu memiliki 6 orang anak. Anak pertama bernama Nurmala (25). Sementara anak keduanya sudah meninggal sejak usia 3 tahun.

Berbagai upaya telah dilakukannya untuk mendapatkan pertolongan medis di puskesmas terdekat. Bahkan ketiga anaknya dirujuk ke RSUD Bima. Namun upaya Erni tak membuahkan hasil.

“Sudah sering dibawa ke puskesmas, bahkan 30 hari nginap ketika dirujuk ke RSUD. Tapi hasilnya enggak ada perubahan sama sekali,” tutur Erni.

Pasrah

Kini, warga miskin itu kesulitan mendapatkan biaya perawatan kesehatan untuk tiga putranya. Dia pun harus menjual sayur-sayuran untuk menopang kehidupan rumah tangganya.

“Jangankan untuk biaya pengobatan anak, untuk makan saja susah. Setiap hari saya tidak pernah istrahat, saya harus menjual sayur keliling kampung. Sementara keuntungnya sangat sedikit, kadang dapat Rp 15.000, kadang- kadang Rp 30.000, kalau laku semua,” tutur Erni.

Saat ditemui Kompas.com, ketiga anak yang mengalami cacat fisik itu kesulitan bergerak karena mengalami lumpuh akibat polio. Salah satu dari mereka tampak sangat kurus, sehingga terlihat seperti tulang berbalut kulit.

Seorang janda ini hanya pasrah dan membiarkan anaknya terbaring tanpa perawatan medis.

Hidup miskin membuat Erni tidak mampu menghidupi rumah tangganya dan membiayai penyembuhan anaknya.

Satu-satunya yang bisa diandalkan adalah putri tertuanya, Numala yang menjadi tulang punggung keluarga. Nurmala harus menghabiskan waktu sehari-hari menjadi guru sukarela di salah satu ponpes di desa setempat, dengan gaji Rp 100.000 per tiga bulan.Ia pun juga harus merawat ketiga adik laki-lakinya yang lumpuh.

“Sepulang dari mengajar, saya harus merawat adik-adik, memberikan makan dan memandikannya ketika ibu sedang pergi jualan,” ujar Nurmala.

Menurut dia, saat ini mereka tidak ada lagi biaya untuk mengobati adiknya. Harta, tanah, dan rumah sudah ludes terjual untuk mengobati anak yang menderita lumpuh sejak lahir tersebut.

"Sekarang kita tidak lagi bawah ke rumah sakit. Ya, di rumah saja karena kami sudah tak lagi punya biaya untuk membawa mereka ke rumah sakit," kata Nurmala.

Kini, keluarga miskin itu berharap ada perhatian dari pemerintah untuk pengobatan tiga anak yang lumpuh ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com