Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bupati: Petani Tasik Kewalahan Penuhi Permintaan Padi Organik dari Luar Negeri

Kompas.com - 08/04/2016, 12:44 WIB
Irwan Nugraha

Penulis

TASIKMALAYA, KOMPAS.com - Padi organik yang dihasilkan tanpa pupuk kimia menjadi salah satu andalan petani di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Apalagi, selama kurun waktu sepuluh tahun terakhir, permintaan padi organik dari beberapa negara terus berdatangan.

"Sejujurnya selama ini petani di Kabupaten Tasikmalaya kewalahan dengan permintaan padi organik dari luar negeri. Kendalanya adalah permintaan cukup besar, tapi lahan pesawahan di Kabupaten Tasikmalaya masih belum mencukupi," jelas Bupati Tasikmalaya Uu Ruzhanul Ulum saat memimpin langsung penanaman padi organik di areal pesawahan Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya, Jumat (8/4/2016).

Selama ini, lanjut Uu, pihaknya terus menggenjot pembukaan areal sawah baru bagi para petani padi organik di wilayahnya. Upaya ini diharapkan mampu memenuhi permintaan luar negeri seperti Negara Arab Saudi, Jerman, Belanda, Jepang, bahkan Thailand yang sejatinya negara surplus beras.

"Kita terus perluas pembukaan lahan sawah baru di Kabupaten Tasikmalaya. Salah satunya selama ini pembukaan lahan sawah baru bekerja sama dengan Kodam III Siliwangi," tambah Uu.

Selain itu, ia pun menargetkan daerahnya menjadi salah satu lumbung pangan di Provinsi Jawa Barat. Apalagi, targetnya itu didukung oleh mayoritas penduduk di wilayahnya yang didominasi petani.

"Kita juga menargetkan Kabupaten Tasikmalaya menjadi salah satu lumbung pangan di Jawa Barat dan nasional," ungkap dia.

Dikonfirmasi terpisah, Haji Aleng, wakil ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Wangunsari, Kecamatan Cisayong, mengaku pihaknya terus berupaya memenuhi kebutuhan permintaan pasokan padi organik.

Selama ini, permintaan bukan hanya di pasar internasional saja. Pasar domestik pun mulai melirik padi organik yang biasanya dijual di pasar swalayan atau supermarket di Jawa Barat.

"Kalau dulu padi organik belum ramai di pasar lokal karena harganya dinilai mahal dibanding padi biasa. Sekarang pasar lokal sudah mau dan meminta pasokan rutin untuk dijual di pasar modern dengan konsumen kalangan menengah ke atas," singkat dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com