Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korban Banjir Padang Sulit Dapatkan Air Bersih

Kompas.com - 26/03/2016, 15:21 WIB

PADANG, KOMPAS — Warga korban banjir di sejumlah wilayah di Kota Padang, Sumatera Barat, masih kesulitan mendapatkan air bersih. Hal itu terjadi karena distribusi air dari perusahaan daerah air minum setempat terputus pasca banjir yang melanda Padang, Selasa (22/3/2016).

Berdasarkan data yang dihimpun Kompas, terputusnya distribusi air disebabkan jebolnya tiga penangkap air dari sungai milik perusahaan daerah air minum (PDAM) Padang akibat banjir, Selasa lalu. Intake yang dimaksud adalah intake Latung Lubuk Minturun di Kecamatan Koto Tangah, intake Jawa Gadut di Kecamatan Pauh, dan intake Guo di Kecamatan Kuranji.

Kondisi itu mengakibatkan hampir 35.000 pelanggan yang tersebar di empat kecamatan, yakni Koto Tangah, Nanggalo, Kuranji, dan Pauh tidak teraliri air dari PDAM.

Data dari PDAM Padang, sampai Jumat ini, sekitar 60 persen pelanggan sudah terlayani kembali setelah intake yang rusak diperbaiki. Sabtu ini (26/3) ditargetkan sudah kembali normal. "Sementara untuk yang belum, kita siasati dengan mendistribusikan air bersih menggunakan sekitar 18 mobil," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah-Pemadam Kebakaran (BPBD-PK) Padang Dedi Henidal di Padang, Jumat (25/3).

Berdasarkan pantauan Kompas hingga Jumat sore, sebagian besar warga wilayah di Kecamatan Koto Tangah, seperti Batang Kabung Ganting, Lubuk Buaya, dan Dadok Tunggul Hitam, belum teraliri air dari PDAM. Untuk kebutuhan minum hingga mandi, warga menggunakan air isi ulang.

Tanah masih bergerak

Pergerakan tanah dengan intensitas lambat hingga Jumat (25/3) petang terus terjadi di Desa Clapar, Kecamatan Madukara, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Gerakan tanah merusak sedikitnya 14 rumah dan menyebabkan 158 warga mengungsi. Bencana ini juga memutus akses jalan dari Desa Pagentan ke pusat kota Banjarnegara.

Kepala Pelaksana Harian BPBD Banjarnegara Catur Subandrio mengatakan, struktur tanah di lokasi masih labil karena pergerakan tanah berintensitas lambat terus terjadi. Kondisi kian berbahaya karena hujan deras terus melanda kawasan lereng Dataran Tinggi Dieng tersebut.

"Situasinya belum stabil. Tanah masih terus bergerak, akibatnya rekahan tanah terus melebar," ujarnya.

Menurut Catur, hujan lebat sejak Kamis (24/3) petang mengakibatkan tanah bergerak dengan luas areal lebih dari 5 hektar (ha) atau sejauh 1,2 kilometer. Pergerakan tanah membentang dari areal hutan pinus Perhutani hingga perkampungan di Desa Clapar, Madukara. Lokasi itu terletak sekitar 5 kilometer di sebelah utara pusat kota Banjarnegara. Rekahan tanah di lahan Perhutani bahkan membentuk tapal kuda yang rentan runtuh.

Jumat sekitar pukul 01.30 WIB kembali terjadi gerakan tanah sehingga beberapa warga mulai mengungsi. Longsor lebih besar kembali terjadi pukul 06.00 dan menyebabkan 9 rumah rusak berat, 3 unit rusak sedang, 2 unit rusak ringan, dan 29 unit terancam longsor.

Selain merusak rumah warga, pergerakan tanah juga memutus jaringan listrik di beberapa desa di Kecamatan Madukara. Akses jalan Banjarnegara-Pagentan melewati Madukara yang juga jalur alternatif menuju Dataran Tinggi Dieng terputus. Kendaraan dari Banjarnegara menuju Pagentan dan sebaliknya harus memutar melalui Karangkobar.

Dari catatan Kompas, Banjarnegara merupakan salah satu wilayah dengan potensi longsor tertinggi di Jateng. Bencana besar terakhir terjadi Desember 2014 di Dusun Jemblung, Karangkobar. Saat itu, longsoran bukit menimbun lebih dari 110 warga.

Peran masyarakat

Pengurangan risiko banjir Sungai Citarum yang dipicu penumpukan sampah tidak cukup sekadar dilakukan lewat pembangunan infrastruktur tertentu. Peningkatan peran serta masyarakat untuk meminimalkan produksi sampah harus mulai menjadi prioritas utama.

"Sudah banyak kelompok masyarakat mandiri pengelolaan di Jawa Barat bisa menjadi contoh baik bagi daerah lain. Perhatian kepada mereka juga sebaiknya tidak kalah besar dibandingkan dengan penyediaan infrastruktur," kata penggiat pengelolaan sampah Kota Bandung, Dewi Kusmiati, di Bandung, Jawa Barat, Jumat.

Musim hujan tahun ini sampah kembali dituding menyebabkan banjir Sungai Citarum, selain curah hujan tinggi dan sedimentasi sungai. Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah Jawa Barat mencatat, lebih dari 300 ton sampah per hari dibuang ke Sungai Citarum melalui anak sungai yang tersebar di kawasan hulu Kabupaten Bandung, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi, dan Kota Bandung.

Dewi mengatakan bahwa kegelisahan peningkatan volume sampah di Sungai Citarum tidak hanya dirasakan pemerintah. Warga di sejumlah daerah yang dilintasi Citarum dan anak sungainya juga telah berbuat banyak meminimalkan dampak buruknya di kemudian hari. Namun, karena minimnya dukungan dan perhatian banyak pihak, aktivitas mereka kerap tidak terdengar gaungnya. ZAK/GRE/TAM/CHE)

 

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 26 Maret 2016, di halaman 21 dengan judul "Korban Banjir Sulit Mendapatkan Air Bersih".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com