Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Curhat ke Wapres soal Pendidikan, Guru Honorer Dipecat

Kompas.com - 24/03/2016, 08:24 WIB
Rahmat Rahman Patty

Penulis

AMBON, KOMPAS.com - Seorang guru honorer di SD Negeri 2 Banda, Kabupaten Maluku Tengah, Miftah Sabban, mengaku diberhentikan dari sekolahnya akibat menyampaikan kondisi pendidikan yang ada di salah satu pulau di kecamatan tersebut.

Miftah yang telah mengabdi sejak lima tahun di sekolah itu kini tidak bisa lagi mengajar setelah Kepala SDN 2 Banda Fatimah Assagaff memanggilnya dan memberhentikannya sebagai guru.

Kepada Kompas.com saat dihubungi dari Ambon, Rabu (23/3/2016), Miftah menceritakan bahwa pemberhentian itu dipicu oleh curhat yang disampaikannya dalam pertemuan sejumlah elemen masyarakat dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla di Istana Mini pada 17 Maret 2016.

Saat itu, Miftah menyampaikan kepada Wapres tentang kondisi dunia pendidikan yang sangat memprihatinkan di Pulau Syahrir Kepulauan Banda.

"Saya ungkapkan soal mutu pendidikan dan SDM yang masih sangat minim dan itu diapresiasi oleh Pak Wapres saat itu," katanya.

Beberapa hari setelah pertemuan itu, ia dipanggil oleh kepala sekolah tempatnya bekerja.

"Saya dipanggil Senin (21/3/2016) kemarin. Kepala Sekolah bilang kepada saya kalau apa yang saya sampaikan ke Pak Wapres telah mencoreng pendidikan di Banda. Kepala Sekolah juga mengaku kepada saya kalau dia sempat ditegur Kepala UPTD (Pendidikan)," kata Miftah.

Ia mengaku bahwa saat itu ia diminta untuk tidak mengajar lagi. Menurut Miftah, Fatimah juga sempat menyatakan bahwa jika dia tidak diberhentikan, maka akan berimbas kepada jabatan Fatimah.

"Kata Kepala Sekolah, Kepala UPTD juga ditegur oleh pimpinannya itu. Kepala Sekolah juga bilang dia tidak bisa buat apa-apa karena itu perintah atasan, itu yang disampaikan kepada saya," katanya.

Secara terpisah, Bupati Kabupaten Maluku Tengah Tuasikal Abua menyatakan, tidak memerintahkan pemberhentian guru honorer tersebut.

"Demi Allah, saya tidak punya niat jahat sedikit pun untuk memecat guru honorer tersebut," kata Tuasikal saat dihubungi Kompas.com, Rabu.

Sebaliknya, Tuasikal justru mengapresiasi guru honorer tersebut karena telah menyampaikan persoalan pendidikan di wilayahnya langsung kepada Wapres.

"Saya baru tahu kalau dia (Miftah) dipecat dari guru honorer pada pukul 13.00 WIT tadi dan saya sudah perintahkan kepada Kepala Sekolah untuk kembali memintanya mengajar lagi," katanya.

Tuasikal juga membantah jika pemecatan Miftah dari profesinya sebagai seorang guru honorer atas perintahnya.

"Saya tidak pernah perintahkan pemecatan kepada dia seperti yang dituduhkan, jiwa saya tidak seperti itu. Malah saya bersyukur karena dia telah menyuarakan aspirasi masyarakat kepada Pak Wapres," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com