Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dinilai Lecehkan Borobudur, Video Red Bull Tuai Kecaman

Kompas.com - 20/03/2016, 21:12 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis

MAGELANG, KOMPAS.com — Dua hari belakangan, netizen dan warga sekitar Candi Borobudur dibuat geram dengan tayangan video yang diduga iklan sebuah minuman energi Red Bull. Sebab, di dalam video dengan latar tempat Candi Borobudur itu, adegan-adegan yang ditampilkan dinilai melecehkan cagar budaya dunia dan agama Buddha itu.

Berdasarkan penelusuran Kompas.com, video berdurasi 1 menit 23 detik itu diunggah oleh akun milik Red Bull pada Kamis (17/3/2016) malam.

Bintang iklan seorang pria asing dalam video tersebut tampak melakukan sejumlah adegan, dimulai dari adegan meditasi yang diduga dilakukan di kawasan Hotel Manohara di kompleks Taman Wisata Candi Borobudur.

Lalu, pria itu berlari, melompat di dinding candi, berjingkrak, hingga menginjak salah satu dasar stupa candi peninggalan Raja Samaratungga pada Dinasti Syailendra ini.

Adegan tersebut tak ayal menuai kecaman karena dinilai tidak menghormati peninggalan nenek moyang dan melecehkan tempat ibadah agama Buddha. Sementara itu, pengelola sudah melarang pengunjung agar tidak memanjat, apalagi menginjak stupa.

Sebagian besar netizen memberikan komentar negatif setelah melihat tayangan tersebut di laman jejaring sosial itu. Video ini sempat ditonton lebih dari 17.000 akun sebelum kemudian hilang.

"Adegan di iklan ini sama sekali tidak menunjukkan edukasi bagi masyarakat. Sebuah penghinaan pada warisan budaya dan tempat ibadah," tulis seorang netizen, Dwi.

Nining Niluh, warga sekitar Borobudur, juga menuliskan protes kepada Red Bull melalui akun Facebook-nya.

"Hello, Red Bull! Hello, Strangers! We know you had fun, but Please Do Respect of our Borobudur temple and the local communities. It's a holy Mandala for the devotees. You may be do not aware of how we feel care to it, we wish Borobudur continue to strong for the next thousand years a head. Please be responsible for your act!" tulis dia.

Hal senada dikatakan warga sekitar Candi Borobudur, Sucoro. Ia menilai, video tersebut sangat tidak sopan karena dilakukan di tempat yang begitu indah dan disakralkan oleh umat Buddha.

"Ini videonya ngawur. Saya sedih dan marah melihat Candi Borobudur diinjak-injak seenaknya untuk kepentingan semacam itu," kata Sucoro, warga Borobudur, Magelang.

Ketua Forum Info Jagad Clegug Borobudur itu kemudian mempertanyakan, apakah sang pembuat iklan itu telah melalui prosedur perizinan kepada Balai Konservasi Borobudur (BKB) sebelum melakukan shooting.

"Saya yakin, BKB tidak bakal mengizinkan shooting atau kegiatan yang jelas berpotensi merusak Candi Borobudur," kata dia.

Sucoro pun meminta agar pihak berwajib mendalami dan mengusut tuntas pembuat video sekaligus mengungkap kepentingannya.

"Video ini menyakiti warga Borobudur, tidak pantas dipertontonkan. Harus diusut oleh pihak berwenang, apakah benar-banar shooting di Candi Borobudur atau hasil editan saja," kata dia.

Pihak Red Bull belum memberikan keterangan resmi terkait kemunculan video tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com