Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anggota DPRD DIY: Sarkem Beda dengan Kalijodo

Kompas.com - 14/03/2016, 20:46 WIB
Wijaya Kusuma

Penulis

YOGYAKARTA,KOMPAS.com — Di hadapan para pekerja seks komersial (PSK), anggota DPRD DIY, Chang Wendriyanto, mengatakan bahwa Sarkem tidak akan ditutup. Sebab, Sarkem bukan lokasi prostitusi resmi, seperti Dolly di Surabaya dan Kalijodo di Jakarta.

Selain itu, Chang meminta agar Pemerintah Provinsi DIY memiliki kebijakan sendiri dan tidak ikut-ikutan dengan kota lain dalam kebijakan terkait prostitusi.

"Yogyakarta itu istimewa, jadi jangan ikut-ikutan seperti kota lain soal kebijakan prostitusi. Pemerintah Yogya harus memiliki kebijakan sendiri," kata anggota DPRD DIY, Chang Wendriyanto, saat mengelar dialog dengan para PSK di Balai RW 3 Sosrowijayan Kulon, Kota Yogyakarta, Senin (15/3/2016).

Dalam dialog itu, Chang menjelaskan bahwa Sosrowijayan merupakan perkampungan warga. Tanah serta bangunan rumah yang ada merupakan resmi milik warga. Lanjutnya, Sosrowijayan tidak pernah dibuka secara resmi sebagai prostitusi sehingga tidak mungkin ditutup. Selain itu, usaha sebagian warga memang penginapan.

"Tidak pernah Sarkem dibuka sebagai prostitusi resmi. Kalau tidak pernah dibuka, bagaimana mau ditutup," tegasnya.

Namun demikian, diakuinya, memang ada PSK yang mencari nafkah di lokasi ini. Seiring berjalannya waktu, jumlahnya juga terus berkurang.

"Beda kalau Kalijodo itu tanah pemerintah, nah di sini ini rumah serta tanahnya resmi milik warga. Jadi tidak perlu takut ditutup," tegasnya.

Menurut dia, selama ini penutupan yang dilakukan tidak disertai dengan solusi tepat sehingga para PSK hanya pindah tempat. Seharusnya ada pelatihan dan pendampingan dalam membuka usaha sampai dengan benar-benar bisa dilepas.

Selain itu, perlu dipikirkan pula warga yang selama ini menggantungkan pendapatannya dari penginapan, warung makan, dan warung-warung kelontong. Mereka tentu akan terimbas jika tidak ada solusi yang konkret dari pemerintah.

"Ya hanya proyek, diberi pelatihan lalu dilepas, ya sama saja. Harusnya diikuti perkembangannya hingga benar-benar usahanya bisa untuk hidup," katanya.

Ia mengatakan, setiap tahun PSK  yang ada di Sarkem terus berkurang. Bahkan kebanyakan dari mereka sudah membuka usaha sendiri berkat pelatihan serta pendampingan.

"Saya minta Sarkem jadi lokasi terakhir bagi mbak-mbak. Belajarlah mengaji, menjahit, lalu bangun wirausaha, tidak ada yang tidak mungkin jika mau berubah," ujarnya.

Sementara itu, dalam dialog tersebut, salah satu PSK bernama Beti menyampaikan bahwa selama ini memang ada pelatihan-pelatihan, tetapi hanya sesaat. Setelah pelatihan, para PSK hanya ditinggal tanpa pendampingan.

"Benar kata Pak Chang, hanya proyek. Selesai latihan dibiarkan saja, ya gimana kami mau berbisnis jika tidak ada pendampingan. Kami juga butuh hidup," ujar Beti.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com