Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masker Las, Selendang, hingga Bungkus Makanan sebagai Ganti Kacamata Gerhana

Kompas.com - 09/03/2016, 09:49 WIB
Dani Julius Zebua

Penulis

BALIKPAPAN, KOMPAS.com — Banyak cara yang dilakukan oleh warga untuk dapat menikmati gerhana matahari, Rabu (9/3/2016). Tanpa kacamata khusus gerhana, berbagai benda digunakan agar bisa menyaksikan fenomena langka ini.

Dari Jalan Letjen Soeprapto di Balikpapan, Kalimantan Timur, Wanti mengintip gerhana matahari dari balik sobekan bungkus snack. Plastik mengilat itu dibolongi dan diletakkan di depan matanya.

"Melihat orang-orang pakai apa saja sebagai pelindung mata saat menatap matahari menjadikan saya terpikir cara ini," kata Wanti.

Sejak jauh hari, Wanti mendapatkan informasi bahwa mengintip gerhana matahari dari balik bahan yang mengandung aluminium terbilang aman. "Saya memang tidak membawa kacamata gerhana," katanya.

Selain Wanti, warga di sana juga memanfaatkan benda-benda seadanya karena tak punya kacamata standar gerhana. Ada yang menggunakan kertas karton berlubang. Ada juga yang menggunakan filter berupa selendang, bahkan label minuman air mineral.

Warga lain, Dini, membeli kacamata las ukuran 11. "Yang saya pakai untuk memandang gerhana saja pelindung diri tukang las, yang tidak lebih dari 30 detik," katanya.

Wanti dan Dini adalah sebagian kecil dari ratusan warga Balikpapan yang tumpah ruah menyaksikan gerhana matahari dari tepi Pantai Kilang Mandiri. Mereka sudah berada di sana sebelum pukul 06.00 WIB. Kebetulan cuaca di Balikpapan pagi ini nyaris tanpa awan, bahkan terasa begitu panas dan bikin gerah.

Kondisi itu membuat gerhana bisa terlihat dengan baik. Gerhana dimulai pukul 07.25. Saat itu, bulan tampak menutup matahari secara perlahan dari bagian atas matahari.

Prosesi bulan menutup matahari terbilang lama. Hampir satu jam kemudian, gerhana matahari total terjadi. Warga pun tampak gembira menyambut fenomena itu, apalagi saat terciptanya puncak gerhana selama 1 menit 9 detik. Sampai-sampai, warga lupa menyediakan filter untuk mata mereka.

"Bahkan, ada yang memandang pakai mata telanjang. Saya jadi prihatin. Apa karena sosialisasinya kurang ya," kata Dini.

Kompas TV Inilah Gerhana Matahari Total di Palu
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com