Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 07/03/2016, 08:06 WIB
KOMPAS.com - "Lompat nak... ayo cepat lompat...!" Kata-kata itu mengiang di telinga Novasari (8), gadis kecil yang menjadi korban selamat dari kapal Rafelia II yang tenggelam di Selat Bali, Jumat (4/3/2016).

Novasari tak tahu siapa yang meneriakinya, ia hanya ingin berusaha mengejar sang ibu yang tiba-tiba hilang.

Nova berkali-kali tersandung dan tertubruk penumpang lain saat mengejar ibunya, Masruroh, yang mencoba mencari tempat aman di kapal. Belum juga berhasil menemukan sosok si ibu, kaki Novasari serasa terbebani. Air laut yang awalnya hanya semata kaki, dalam waktu singkat sudah memenuhi ruangan. Tidak ada yang memandunya untuk keluar ruangan, yang ia lihat hanya kepanikan luar biasa.

"Emak... emak...," teriaknya panjang, mencari sang ibu.

Pada saat yang bersamaan, badan kapal kian miring ke kiri. "Ayo lompat nak, lompat...."

Teriakan itu terdengar lagi. Dengan sisa keberaniannya, Nova pun terjun ke laut, mengikuti penumpang lain yang terjun terlebih dulu.

Suara Nova terbata-bata berusaha menahan tangisnya saat menceritakan kembali detik-detik terakhir kapal tenggelam. Air matanya terus terurai setiap kali menyebut kata emak dan adiknya. Badannya yang terbungkus kain sarung terlihat bergetar.

Jaket pelampung

Nova tak bisa berenang. Ia pun tak berhasil mendapatkan jaket pelampung di dalam atau geladak kapal. Tak ada yang menyambutnya saat ia terjun ke laut, tetapi ia tak berpikir panjang saat memutuskan untuk melompat. Baginya tak ada jalan lain untuk selamat kecuali melompat saat kapal akan karam di Selat Bali.

Saat tubuhnya masuk ke dalam air, Nova meronta-ronta berusaha untuk tetap menggapai udara di atas air. Ia sudah menelan banyak air dan hampir kehabisan napas, serta tenaga, tetapi tiba-tiba saja benda keras memukul badannya.

"Saya otomatis memegang benda yang ternyata kayu itu. Saya pun berpegangan erat. Entah berapa lama berada di air, petugas berperahu pun akhirnya datang menolong saya," katanya.

Nova adalah salah satu korban yang selamat dalam musibah tenggelamnya kapal Rafelia II di Selat Bali. Saat kapal mulai karam, ia terpisah dari sang ayah, Jaenuri (40), yang mencoba mencarikan jaket pelampung untuk Nova.

Nova awalnya digandeng ibunya yang juga menggendong adiknya, M Romlan (1 tahun 6 bulan), tetapi nasib berkata lain. Mereka terpisah. Ibunya ditemukan tak selamat. Jenazahnya ditemukan di dalam kapal dengan posisi menggendong sang adik. Ayahnya yang terjun ke laut ditemukan selamat meski terluka parah akibat tergesek karang.

Kepanikan

Kepanikan luar biasa tergambar dari cerita-cerita korban yang selamat. Di menit-menit terakhir, sebagian penumpang bahkan tak tahu bahwa kapal akan tenggelam. Mereka mengira tak ada masalah dengan kapal karena kapal terus melaju. Lampu tak mati, petugas pun tak memberikan informasi darurat.

"Saya baru sadar ada yang tak beres saat ada anak kecil yang berteriak kepada ayahnya kalau sepeda motornya terendam air. Saya langsung bergegas melihat sendiri ke bawah dan langsung panik karena air sudah menggenangi lambung kapal," kata Yayan Saryana, pengemudi truk asal Bandung, Jawa Barat.

Saat mengetahui kondisi darurat, ia pun mencari-cari jaket pelampung untuk menyelamatkan diri. Beruntung, Yayan tahu tempat penyimpanan jaket pelampung karena ia rutin menyeberang Bali dengan kapal feri jurusan Jawa-Bali itu.

Jika Yayan masih sempat mendapatkan jaket pelampung, Ny Putu sama sekali tak kebagian. Ia dan anaknya yang berusia 21 tahun sempat terpisah karena si anak mencari jaket pelampung. Dirinya diminta mengamankan diri ke ruang yang lebih tinggi.

Namun, ia nekat terjun ke laut ketika kapal sudah miring. Ia berusaha mencapai pelampung yang ia lihat dari kejauhan. "Rasanya tak mungkin saya mencapainya. Saya mengerahkan seluruh tenaga untuk bisa berenang ke pelampung itu. Entah bagaimana akhirnya saya bisa mencapainya," kata Ny Putu.

Halaman:


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com