Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Pak Mansyur Jadi Tukang Cukur Selama 45 Tahun dengan Tarif Seikhlasnya

Kompas.com - 18/02/2016, 06:30 WIB
Kontributor Bogor, Ramdhan Triyadi Bempah

Penulis

BOGOR, KOMPAS.com - Seperti biasa, Pak Mansyur sudah tiba di pinggiran Kebun Raya Bogor pagi-pagi.

Di bawah pohon kapuk yang besar dan rindang, dia membuka "peralatan perangnya", mulai dari gunting, cukuran, sampai sisir. Pelan-pelan, satu per satu alat-alat bawaannya dirapikannya. Dia lalu menata kursi untuk calon konsumennya.

Di usianya yang tak lagi muda, Pak Mansyur tetap memilih bekerja sebagai tukang cukur rambut.

Pria berusia 78 tahun ini sudah menggeluti pekerjaannya sebagai tukang cukur rambut sejak tahun 1970. Kala itu, dia membuka lapak pertamanya di Jakarta. Kampung Pulo, Rawamangun, Kemayoran, disebutnya pernah menjadi bagian dari kisah perjuangannya mencari nafkah saat itu.

Lebih jauh ke belakang, semasa mudanya, Pak Mansyur pun menjadi salah satu saksi lahirnya bangsa Indonesia. Dia mengaku ikut menyaksikan pembacaan teks Proklamasi di Pegangsaan Timur, Jakarta.

Selang 10 tahun berlalu, di tahun 1980, Pak Mansyur hijrah dari ibu kota menuju Bogor. Di kota hujan inilah, dia kemudian jatuh cinta dengan seorang perempuan dan menetap di Bogor hingga sekarang.

Di Bogor, dia tetap menjadi tukang cukur. Uniknya, tempat yang dipilih Pak Mansyur adalah di bawah pohon kapuk. Tak sulit untuk menemukan tempat mangkalnya. Cukup berpatokan di Jalan Otista, tak jauh dari Tugu Kujang. Di situ ada sebuah pohon besar, berdaun rindang, usia pohonnya pun mungkin sudah ratusan tahun.

"Di sini orang-orang nyebutnya DPR (Di bawah Pohon Rindang)," ucap dia sambil tersenyum ketika ditemui, Selasa (16/2/2016).

Pak Mansyur mengatakan, ada salah satu pejabat yang pernah menjadi langganannya. Kata dia, sejak kecil, pejabat itu selalu mencukur rambut di tempatnya.

"Tapi lupa namanya siapa. Waktu itu dia datang dan bilang masih inget saya enggak. Saya jawab enggak inget. Terus dia bilang, saya langganan bapak dari kecil. Sekarang saya pejabat," tuturnya.

Bicara soal harga, tentu berbeda saat mencukur di barbershop. Pak Mansyur justru tidak mematok tarif jasanya. Orang-orang yang datang ke tempatnya untuk mencukur rambut boleh membayar seikhlasnya.

"Saya enggak mematok tarif. Dibayar seikhlasnya. Kadang ada yang ngasih Rp 10.000, Rp 15.000, Rp 20.000," kata dia.

"Pernah ada yang ngasih saya Rp 150.000," kata dia lagi.

Pak Mansyur pun tidak merasa risih dengan menjamurnya tempat-tempat cukur rambut yang modern. Dia justru bersyukur, tidak harus membayar sewa tempat seperti yang dilakukan tempat-tempat cukur lainnya.

"Di sini kan enggak perlu bayar sewa tempat. Biar enggak ada AC, tapi bisa ngerasain angin sepoi-sepoi," tuturnya sambil tersenyum.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com